A.PENGERTIAN
Cacar air adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak.. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya. suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang mengakibatkan munculnya ruam kulit berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk datar maupun menonjol, melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Cacar air dikenal juga dengan nama lainnya yaitu varisela dan chickenpox.Orang yang pernah terkena infeksi virus cacar air maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus varicella zoster sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus cacar air dari penularan yang dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air yang tidak diberantas habis secara tuntas bisa terus hidup di dalam tubuh penderitanya dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster ketika kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik.. Setelah sembuh, virus ini tidak pernah benar-benar menghilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan menyebabkan herpes zoster atau cacar ular. Penyakit herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dengan predileksi usia di atas 60 tahun.
Cacar air adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat menular, terutama terjadi pada anak-anak.. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun manifestasinya ringan, tapi pada anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya. suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster yang mengakibatkan munculnya ruam kulit berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk datar maupun menonjol, melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Cacar air dikenal juga dengan nama lainnya yaitu varisela dan chickenpox.Orang yang pernah terkena infeksi virus cacar air maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus varicella zoster sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus cacar air dari penularan yang dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air yang tidak diberantas habis secara tuntas bisa terus hidup di dalam tubuh penderitanya dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster ketika kekebalan tubuh orang tersebut sedang tidak baik.. Setelah sembuh, virus ini tidak pernah benar-benar menghilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan menyebabkan herpes zoster atau cacar ular. Penyakit herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dengan predileksi usia di atas 60 tahun.
B. KLASIFIKASI
Menurut Siti
Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas
parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf
pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki.
Risiko terjadinya varisela congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada
kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan
paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit
untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah
pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal
antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi
yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan
varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar
30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak
lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya.
Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya.
Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG
pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari
setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia,
varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena.
Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus
diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan antivirus pada varisela
neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela maternal.
C.ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang bernamavirus varicella zoster yang disebarkan manusia melalui cairan percikan ludahmaupun dari cairan yang berasal dari lepuhan kulit orang yang menderita penyakit cacar air. Seseorang yang terkena kontaminasi virus cacar air varicella zoster ini dapat mensukseskan penyebaran penyakit cacar air kepada orang lain di sekitarnya mulai dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai dengan lepuhan kulit yang terakhir mongering.Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus.Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion bodies) 1,4,5 . VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster1,3,4 .
Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang bernamavirus varicella zoster yang disebarkan manusia melalui cairan percikan ludahmaupun dari cairan yang berasal dari lepuhan kulit orang yang menderita penyakit cacar air. Seseorang yang terkena kontaminasi virus cacar air varicella zoster ini dapat mensukseskan penyebaran penyakit cacar air kepada orang lain di sekitarnya mulai dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai dengan lepuhan kulit yang terakhir mongering.Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus.Varisela disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak (multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic inclusion bodies) 1,4,5 . VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster1,3,4 .
D. EPIDEMIOLOGI
Di negara
barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim
semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim peralihan antara musim
panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela dapat menjadi penyakit
musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi
padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .
Varisela
terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun.
Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah
terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan, percikan
ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum
lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,5
.
E. PATOGENESIS
Setelah VZV
masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan
lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula
terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian menyebar dan
terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus menyebar melalui
peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat
mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada
viremia sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar
ke kulit dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai dengan
lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kaliper endotel pada
lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan glandula
sebasea, saat ini timbul demam dan malaise1,2,3 .
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu
stadium prodormal, stadium erupsi.
1. StadiumProdormal
timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise2,3 . Stadiumerupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan parut1,2,3 .
timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan malaise2,3 . Stadiumerupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan parut1,2,3 .
Varisela
yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000 kelamilan). Sekitar 17
% anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela pada 20 minggu
pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit (cutaneous
scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan,
atrofi tungkai, kejang, retardasi mental, korioretinitis, mikropthalmia, atrofi
kortikal, katarak dan defisit neurologis lainnya. Defisit neurologis yang
mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan kelainan kontrol
sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil mendapatkan
varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari neonatus
yang dilahirkan akan memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu
dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu
yang sempat dihantarkan transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada dalam
tubuh neonatus sehingga jarang mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita
hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya
akan memperliharkan gejala verisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini
perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada 25-30 % karena
mereka mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan
antibodi yang dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia
dapat menderita hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu
maupun fetus3,4,7 .
Seorang anak
yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi yang terkena
varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk
menderita herpes zoster dibawah 2 tahun3,4 .
v
KOMPLIKASI
VARISELA
·
Herpes Zoster
Herpes Zoster adalah penyakit rekuren yang
terjadi karena terjadinya reaktivasi VZV yang tadinya laten di ganglion
sensoris dorsalis kemudian bereplikasi dan menyebar melalui persyarafan ke
kulit3 .
Epidemiologi
Herpes Zoster
Peningkatan
insidensi terjadinya zoster berhubungan dengan umur. Reaktivasi ini dipercaya
akibat imunitas tubuh individu yang menurun terhadap VZV yang laten. Perbedaan
ras juga mempengaruhi, insidensi Zoster pada ras Afrika-Amerika hanya setengah
dari yang dilaporkan terjadi pada ras kulit putih. Anak-anak dengan degenerasi
maligna (limfoma, akut limfositik leukemia) dan AIDS memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan zoster3 .
·
Patogenesis
Herpes Zoster
Jika virus
tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesai, selanjutnya virus
menjadi laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion sensoris dorsalis.
Antigen spesifik Limfosit T dipercaya sebagai penyebab utama virus sehingga
menjadi laten. Immunosupresi atau penurunan kekebalan alami sel T limfosit
menyebabkan terjadinya mekanisme yang memungkinkan reaktivasi virus dan
rekurensi sehingga virus bermanifestasi sebagai penyakit yang disebut zoster3
.
v
MANIFESTASI
KLINIS HERPES ZOSTER
Zoster tampak
sebagai proses unilateral melibatkan satu sampai tiga dermatom yang berdekatan.
Beberapa lesi yang mungkin terdapat agak jauh dari dermaton yang terkena dapat
juga terlihat. Dermatom torakal adalah yang paling sering terkena, disusul oleh
nervus cranial dan daerah lombosakral. Lesi pertama kali muncul sebagai
eritema, yang kemudian berubah menjadi sekumpulan vesikel. Nyeri dan parestesi
pada dermatom yang terkena mendahului timbulnya vesikel. Erupsi terjadi sekitar
3-5 hari kemudian mengering dan menjadi krusta dalam 2 minggu. Nyeri preerupsi
torakal dapat disalah artikan sebagai angina pectoris.
· Komplikasi Herpes Zoster
Komplikasi
yang dapat terjadi diantaranya adalah infeksi sekunder oleh bakteri biasanya
disebabkan oleh kokus gram positif, paralysis nervus motorik atau kranialis,
ensefalitis biasanya menyebabkan kejang dan gejala kelainan serebelar,
keratitis, disseminata pada pasien immunokompromis, dan post herpetik neuralgia.
Post herpetik neuralgia ini menyebabkan nyeri berat persisten pada dermatom
yang terkena setelah lesi kulit menghilang7,5 .
· Terapi
Pada anak
sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine
dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal diberikan
antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan salisilat
sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma Reye. Karena
VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh darah, maka pada
varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat diberikan obat anti
virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi
sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi
sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit neurologis
seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat
diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan
hasil pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang2 .Pasien
dengan immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi baru lahir,
penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh
obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat
antivirus secepat mungkin2 .
Obat
anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati varisela
maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah timbulnya ruam
terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya lesi
varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan
efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan asiklovir harus
dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang suseptibel dengan
pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster dengan komplikasi post
herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian asiklovir
tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir yang
umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis
parenteral ini terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes
zoster. Asiklovir oral dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam 4 dosis,
terbaik digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya
digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu Valacylovir
500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan
antiviral yang lebih baik absorpsinya5,7 .
G. DIAGNOSIS
Diagnosa
ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat
ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari
setelah munculnya ruam - ruam kulit pada varicella didaerah punggung.
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu
ke 2 melalui pemeriksaan ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2
minggu setelah pemeriksaan IgM. Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang
wanita adalah dengan menggunakan FAMA – Fluorescent Antibody Membrane Antigen. Varisella
mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi saluran
pernapasan atau dengan kontk langsung lesi kulit varisella atau herpes zoster.
Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada saat tersebut
penyebaran virus subklinis terjadi. Akibat lesei kulit tersebar bila infeksi
masuk fase viremi; sel mononuklear darah perifer membawa virus infeksius,
menghasilkan kelompok vesikel baru selama 3-7 hari. VVZ juga diangkut kembali
ketempat mukosa saluran pernafasan selama akhir masa inkubasi, memungkinkan
penyebaran pada kontak rentan sebelum muncul ruam. Penularan viris infeksius
oleh droplet pernafasan membedakan VVZdari virus herpes manusia yang lain.
Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan
viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak dan organ lain. VVZ menjadi
laten disel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi
primer. Reaktifasinya menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang biasanya
melibatkan dermatom dari satu syaraf sensorik; perubahan nekrotik ditimbulkan
pada ganglia terkait, kadang-kadang meluas kedalam kornu posterior.
Histopatologi varisella dan lesi herpes zoster adalah identik; VVZ infeksius
ada pada lesi herpes zoster, sebagaimana ia berada dalam lesi varisella, tetapi
tidak dilepaskan kedalam sekresi pernapasan. Varisella mendatangkan imunitas
humoral dan sululer yang sangat protektif terhadap infeksi ulang bergejala.
Supresi imunitas seluler pada VVZ berkolerasi dengan menambah resiko reaktifasi
VVZ sebagai herpes zoster.
v DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
5 – 10% wanita
dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi
varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi
maternal yang mungkin terjadi :
1.
Persalinan preterm
2.
Ensepalitis
3.
Pneumonia
Penatalaksanaan
terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x torak
untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia
terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.
Bila terjadi
pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan
antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.Sindroma
varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atastemuan IgM
dalam darah talipusatdan gambaran klinik pada neonatus antara lain :
Hipoplasia tungkai
Parut
kulit
Korioretinitis
Katarak
Atrofi
kortikal
mikrosepali
PJT
simetrik
Resiko
terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan
antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang
dari 13 minggu
Bila infeksi
pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko
infeksi janin pasca persalinan adalah 24%
Bila infeksi
pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan dan janin
mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self limiting”
Bila infeksi
terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi
hebat dengan mortalitas 30%.
Imunoglobulin
varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72 jam
pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang
sangat infeksius.Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah
pernah terinfeksi dengan virus varicella zoster harus segera dilakukan
pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh atau IgG
negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca paparan.
Imunisasi
varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari
virus yang dilemahkan/
Pada masa
kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila
terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin.
Bila serangan
Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat
ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
H. PENULARAN VARICELLA
Infeksi varicella ( chicken pox , cacar
air , waterpoken ) disebabkan oleh virus varicella zoster yang merupakan virus
herpes DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan melalui kontak langsung atau
via pernafasan.
Penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit Cacar (Variola) yang memiliki
angka kematian cukup tinggi. Penyakit cacar
air merupakan penyakit menular yang bisa ditularkan seseorang kepada orang lain
secara langsung.
I. PENCEGAHAN VARICELLA
Pencegahan
terhadap varisela dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi aktif maupun
pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi saat
menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat
diberi immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya
Imunisasi tersedia bagi
anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan bagi orang
di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan. Pencegahan terutama
dianjurkan pada anak-anak dengan imunodefisiensi atau imunosupresi, menggunakan
Imunoglobulin G dengan titer antibodi spesifik yang tinggi pada plasma yang
dikumpulkan dari penderita konvalesen (penyembuhan) penyakit Herpes Zoster
(GIVZ). GIVZ tidak mempunyai nilai terapi jika diberikan setelah penyakit
Varicella mulai timbul. Vaksiniasi biasanya
apabila terkena, manifestasi klinis yang muncul biasanya sangat ringan.
Vaksinasi varicella ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang belum pernah
menderita varicella.
Vaksinasi varicella ini biasanya diberikan
kepada anak-anak yang belum pernah menderita varicella. Mereka harus mendapat
dua dosis vaksin yaitu pada usia 12-15 tahun untuk dosis pertama, dan usia 4-6
tahun untuk dosis kedua. Anak-anak yang berusia diatas 13 tahun, belum pernah
menderita varicella atau mendapat vaksin varicella, harus mendapat dosis
minimal dalam jarak waktu 4-8 minggu. Vaksinasi cacar air tidak dapat diberikan
kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi yang mengancam nyawa terhadap
gelatin/agar-agar, antibiotik neomycin, atau penolakan terhadap vaksin varicella
sebelumnya. Orang yang sedang sakit ringan atau parah saat jadwal penyuntikan,
harus menunggu sampai sembuh sebelum mendapatkan vaksinasi varicella. Wanita
hamil atau menyusui tidak diindikasikan karena dapat menyebabkan terjadinya
varicella kongenital pada bayi. Sementara itu, orang yang baru menjalani
transfusi darah harus berkonsultasi dengan dokter kapan mereka boleh
mendapatkan vaksinasi varicella.
Penyakit ini
erat kaitannya dengan kekebalan tubuh. Pencegahan penyakit cacar air dilakukan
dengan memberikan vaksin varisela pada anak-anak bayi yang berumur antara 12
sampai 18 bulan. Pada orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar serta
mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh bisa minta diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella zoster dari dokter karena
dikhawatirkan akan terjadi hal buruk ketika terserang penyakit cacar air akibat
komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian.
Apabila di
sekitar kita ada orang yang menderita penyakit cacar air sebaiknya segera
menjauh jika kita bukan keluarganya agar tidak tertular. Jangan dekat-dekat
maupun memegang benda-benda yang telah dipegang penderita ketika sakit cacar
air. Jika kita keluarganya ada baiknya penderita segera dirawat di rumah sakit
agar virus tidak menyebar di dalam rumah maupun di tempat lainnya si penderita
melakukan aktivitas. Jika tidak memungkinkan maka bisa dirawat berobat jalan di
rumah sesuai petunjuk dari dokter. Jangan lupa untuk membersihkan segala
benda-benda yang mungkin terkontaminiasi virus cacar air.
Di negara
barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada umur
berapapun jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang tidak
mendapatkan vaksin sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi sebayak 2
dosis, dengan selang waktu 4-8 minggu8.
Orang-orang
yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi varisela adalah:
Jika mereka memiliki riwayat alergi
terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya reaksi terhadap vaksinasi
varisela.
Orang-orang
yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi varisela sampai
mereka sembuh
Wanita hamil
harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka melahirkan. Wanita yang
baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan sebelum
terjadinya kehamilan.
Beberapa
orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi varisela
yang ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah;
Orang yang
terkena virus HIV/IDS, atau penyakit lain yang mempengaruhi status imunitasnya.
Orang-orang
yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan yang mempengatuhi status
imunitasnya, seperti steroid selama 2 minggu
orang yang
menderita kanker
orang-orang
yang sedang diterapi dengan sinar-x atau obat sitostatik
Orang-orang
yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-produk darah lain.
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya
adalah :
1. Ringan
Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)
Demam (1:10)
Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah
vaksinasi (1:20). Pasien ini dapat menularkan varisela pada orang-orang yang
dekat dengannya, namun hal ini jarang terjadi.
2. Sedang
Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin
disuntikkan (karena anak bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas
(1:1000)
3. Berat
Pneumonia (sangat jarang).
Reaksi serebral8 .
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit
sampai beberapa jam setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda
sulit sesak napas, serak, mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang
tenggorokan, panas tinggi, dan perubahan perilaku8 .
2. Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis
sangat efektif jika diberikan 8-9 hari setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi
varisela sebaiknya diberikan sebagai imunisasi wajib pada anak-anak dan orang
dewasa yang beresiko tinggi untuk terkena varisela.
3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya
dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena,
dan pada pasien yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat.
Termasuk didalamnya anak-anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum
pernah terkena varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela
kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya,
bayi prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela,
atau bayi kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki
kontak erat dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat
dengan penderita varisela misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar
di rumah sakit. Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah
kontak. Saat infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak
terbukti dapat mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin
tidak bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis
VZIG 0-10 kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40
k5=625 IU. Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar
mencegah terjadinya penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi
28 hari menjadi 35 hari3,5,7.
J. MASA INKUBASI
Waktu
terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa
ditandai dengan badan yang terasa panas.
K. GEJALA VARICELLA
Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan
wajah.
Kemerahan
pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk
keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi.
Lain
halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi
bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air
tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah
dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Gejala
Varicella menurut Sarwono Prawirohardjo 2006 antara lain :
1.
Demam seperti Influenza
2.
Timbul erupsi, kemerahan pada kulit yang diikuti pembentuka vesikel pada
punggung, muka, dan ekstremitas.
3.
Gatal dan nyeri pada daerah lesi.
4.
Virus Varicella dapat menginveksi janin secara Trans Plasenter.
1.
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus
yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
2.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan
wajah.
3.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga
dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera
mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya
akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Lain halnya
jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi
bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air
tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah
dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
L. WAKTU
KARANTINA
5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai
semua lepuh telah berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya
penderita tetap mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan
dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari
timbulnya bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting
cacar air. Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya
dengan handuk terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak
talk yang mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada
kulit sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki kulit
sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung
mentol. Pastikan anda juga selalu mengonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat
proses penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung
vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.
M. PENGOBATAN
Varicella
ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan
daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan
"Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis
orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang
mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6
kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan
dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah
masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo
ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk
kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion
yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan
untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
v Pengobatan
di rumah pada cacar air ditujukan untuk meringankan gejala, yang dapat
dilakukan dengan:
- Istirahat secukupnya
- Mandi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari pertama untuk mengurangi rasa gatal
- Pemberian calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal
- Dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%
- Bagi anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah menggaruk ruam-ruam
- Makan makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat ruam di dalam mulut.
- Hindari makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan hindari juga garam
- Kulit dicuci sebersih mungkin dengan sabun
- Menjaga kebersihan tangan
- Kuku dipotong pendek
- Baju harus kering dan bersih
Pengobatan
Varicella Menurut Sarwono Prawirohadjo 2006 yaitu :
Penanganan
Khusus :
1.
Rawat jalan bila tanpa komplikasi, Rawat inap jika disertai Komplikasi
2.
Terapi Simtomatik berupa antipiretik (Paracetamol 3 X 500), Gatal dan Nyeri
Kulit (Talk
Salisil) dan Antitusif (Noskapin)
3.
Antiviral : Asiklovir 200mg tiap 4 jam
4.
Terapi untuk komplikasi
a.
Pneumonia :
Ampisilin 3 X 1gr ( Dosis awal IV dilanjutkan Per Oral )
Gentamisin 2 X 80mg
ATAU
Amoksisiklin dan Asam Klavulanat 3 X 500mg ( Dosis Awal IV dilanjutkan Per Oral
)
b.
Abortus :
Lakukan
evakuasi dengan AVM/D & K
c.
Partus Prematurus :
Lakukan
tatalaksana janin premature.
d.
Melakukan antisipasi terjadinya Varicella konginetal
5.
Jika bayi lahir sebelum menerima antibody Varicella dari ibu, Bayi tersebut
mungkin akan mengalami Varicella diseminata, segera berikan Imunoglobulin
Varicella Zoster.
6. Bayi yang
cukup bulan yang terinfeksi Varisella antara umur 5 – 10 Hari akan menunjukkan
gejala penyakit yang lebih berat, disbanding Varisella yang timbul Saat atau
Segera setelah lahir sehingga memerlukan perawatan Intensif.
Varicella ini
sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan
daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan “Asiklovir”
berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa,
yaitu 12 tahun
ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan
tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan “PK”
sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa
penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo
ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk
kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion
yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan
untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
Attack Rate
pada individu yang rentan sekitar 90%.
Periode
inkubasi 10 – 21 hari
Infeksi yang
terjadi pada orang dewasa biasanya sangat berat dan dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya seperti ensepalitis dan pneumonia.
Oleh karena
termasuk virus herpes maka virus varicella juga memperlihatkan potensi latensi
dalam ganglion syaraf. Reaktiviasi virus memberikan gejala herpes zoster.
Untuk mencegah tejadinya infeksi bakteri serta komplikasi
akibat serangan cacar air bisa dilakukan beberapa usaha berikut ini, antara
lain :
- Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun
- Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam
- Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
- Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai
- Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman
- Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun
- Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam
- Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
- Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai
- Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman
Beberapa
komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalah:
1. Infeksi sekunder dengan bakteri
Infeksi
bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus dapat
muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, vscarlet
fever, atau sepsis2,7.
2. Varisela Pneumonia
Varisela
Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan kehamilan.
Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki basah,
sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada kedua
paru1,7
3. Reye sindrom
letargi, mual,
muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris menandakan
terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama terjadi pada
pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan varisela
harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT,
SGPT serta amonia1,2,7 .
4. Ensefalitis
Komplikasi ini
tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1 pada 1000 kasus varisela
dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari 3-8 setelah
timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun
dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan
menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul,
gerakan korea atetoid lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari
perawatan1 .
5. Hemorrargis varisela
terutama
disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis varisela dapat
menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata (purpura fulminan)7
.
6. Hepatitis
7. Komplikasi lain
Komplikasi
yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis optic,
myelitis tranversa, orkitis dan arthritis.
N. PENANGANAN
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya, penanganan cacar air terutama ditujukan untuk meringankan gejala.1 Yang dapat dilakukan adalah:1
• Tirah baring secukupnya
• Parasetamol untuk menurunkan demam
• Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal
• Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada anak-anak yang sangat kecil.
• Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam mulut.5
Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:2
• Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti chlorpheniramine. Obat golongan ini tidak signifikan untuk menangani rasa gatal pada cacar air.2
• Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama kali muncul, antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya sakit. Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir (salah satu antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada cacar air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya respon kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat dalam bentuk herpes zoster (cacar ular).6 Antivirus dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada cacar air dengan komplikasi yang berat, cacar air pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam jangka waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.
• Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.5
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya, penanganan cacar air terutama ditujukan untuk meringankan gejala.1 Yang dapat dilakukan adalah:1
• Tirah baring secukupnya
• Parasetamol untuk menurunkan demam
• Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal
• Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada anak-anak yang sangat kecil.
• Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam mulut.5
Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:2
• Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti chlorpheniramine. Obat golongan ini tidak signifikan untuk menangani rasa gatal pada cacar air.2
• Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama kali muncul, antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya sakit. Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir (salah satu antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada cacar air. Selain itu penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya respon kekebalan tubuh sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat dalam bentuk herpes zoster (cacar ular).6 Antivirus dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada cacar air dengan komplikasi yang berat, cacar air pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam jangka waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.
• Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.5
Varicella Zoster Immunoglobulin
(VZIG).3
VZIG adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan hanya pada kelompok-kelompok tertentu yaitu:3
• Orang dengan sistem kekebalan yang rendah
• Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah mengalami cacar air sebelumnya
• Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu atau berat lahirnya kurang dari 1000 g
• Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau mengalami cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan
Yang penting diingat adalah bahwa VZIG hanya efektif mencegah terjadinya cacar air jika diberikan dalam jangka waktu 96 jam setelah paparan terhadap kasus cacar air.
VZIG adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan hanya pada kelompok-kelompok tertentu yaitu:3
• Orang dengan sistem kekebalan yang rendah
• Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah mengalami cacar air sebelumnya
• Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu atau berat lahirnya kurang dari 1000 g
• Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau mengalami cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan
Yang penting diingat adalah bahwa VZIG hanya efektif mencegah terjadinya cacar air jika diberikan dalam jangka waktu 96 jam setelah paparan terhadap kasus cacar air.
O. PENGOBATAN CACAR AIR SECARA TRADISIONAL
Penyakit cacar
air merupakan penyakit yang dipercaya harus menyerang tiap individu sekali
sepanjang hidupnya. Walaupun begitu, penyakit cacar air ini juga
harus ditangani dengan cara yang tepat, sebab tidak jarang penderita
cacar air bisa kehilangan nyawa jika tidak cepat diatasi sehingga
menyebar di organ-organ vital kita.
Walaupun cacar air pada umumnya hanya terlihat secara jelas gejalanya pada kulit, namun sebenarnya asal cacar itu adalah dari dalam tubuh kita. Sehingga jika cacar air itu tidak secara maksimal keluar pada permukaan kulit, ia akan tetap tinggal dalam tubuh dan menjalari organ yang vital. Oleh karena itu sahabat klik CARA haruslah menangani dengan cepat jika terkena cacar air dengan cara di bawah ini. Berikut 8 cara alami mengobati cacar air dengan cepat
1. 25gram temulawak
15gram kencur, 15gram asam jawa, dan 600cc air. Cuci dan potong kecil-kecil bahan-bahan tadi kemudian rebus sampai air berkurang setengahnya. Setelah itu air rebusan tadi bisa anda minum 2-3 kali sehari.
2. Menggunakan Mengkudu
Buah mengkudu yang sudah matang (berwarna kuning) dibuat jus dan diminum seperti ramuan pertama secara rutin.
3. Daun Pegagan
Ambil daun pegagan secukupnya dan cuci bersih, kemudian dibuat jus dan dicampur dengan madu sesuai selera agar rasa lebih enak. Daun pegagan ini akan membantu proses peremajaan kulit dari dalam.
4. Menggunakan Jagung Muda
Jagung muda dicuci bersih dan diparut, kemudian oleskan pada kulit tubuh yang terkena cacar. Ramuan ini dapat dipakai saat cacar masih menjangkit tubuh dan dilanjutkan pada masa penyembuhan dan proses menghilangkan bekas cacar.
5. Menggunakan Kacang Hijau
Kacang hijau direndam dalam air hingga mengembang/ membengkak, kemudian tumbuk halus dan oleskan pada bagian kulit yang terdapat bekas cacar.
6. Buah mengkudu
Yang sudah matang biasanya berwarna kekuningan. Lalu anda buat jus dan minum secara rutin setiap hari.
7. Air kacang polong
Air kacang polong merupakan obat alami yang sangat efektif untuk mengurangi iritasi kulit. Air yang digunakan untuk memasak kacang polong harus dioleskan pada bagian tubuh yang terkena penyakit.
8. Para natrium bikarbonat
Baking soda adalah obat yang sangat populer untuk mengontrol gatal-gatal yang disebabkan oleh cacar air. Taruh 'sedikit baking soda dalam segelas air, lalu mandikan anak dengan sponsyang dicelupkan ke dalam solusi ini sebelumnya. Mengeringkan kulit dan akan mencegah anak menggaruk ruam.
Walaupun cacar air pada umumnya hanya terlihat secara jelas gejalanya pada kulit, namun sebenarnya asal cacar itu adalah dari dalam tubuh kita. Sehingga jika cacar air itu tidak secara maksimal keluar pada permukaan kulit, ia akan tetap tinggal dalam tubuh dan menjalari organ yang vital. Oleh karena itu sahabat klik CARA haruslah menangani dengan cepat jika terkena cacar air dengan cara di bawah ini. Berikut 8 cara alami mengobati cacar air dengan cepat
1. 25gram temulawak
15gram kencur, 15gram asam jawa, dan 600cc air. Cuci dan potong kecil-kecil bahan-bahan tadi kemudian rebus sampai air berkurang setengahnya. Setelah itu air rebusan tadi bisa anda minum 2-3 kali sehari.
2. Menggunakan Mengkudu
Buah mengkudu yang sudah matang (berwarna kuning) dibuat jus dan diminum seperti ramuan pertama secara rutin.
3. Daun Pegagan
Ambil daun pegagan secukupnya dan cuci bersih, kemudian dibuat jus dan dicampur dengan madu sesuai selera agar rasa lebih enak. Daun pegagan ini akan membantu proses peremajaan kulit dari dalam.
4. Menggunakan Jagung Muda
Jagung muda dicuci bersih dan diparut, kemudian oleskan pada kulit tubuh yang terkena cacar. Ramuan ini dapat dipakai saat cacar masih menjangkit tubuh dan dilanjutkan pada masa penyembuhan dan proses menghilangkan bekas cacar.
5. Menggunakan Kacang Hijau
Kacang hijau direndam dalam air hingga mengembang/ membengkak, kemudian tumbuk halus dan oleskan pada bagian kulit yang terdapat bekas cacar.
6. Buah mengkudu
Yang sudah matang biasanya berwarna kekuningan. Lalu anda buat jus dan minum secara rutin setiap hari.
7. Air kacang polong
Air kacang polong merupakan obat alami yang sangat efektif untuk mengurangi iritasi kulit. Air yang digunakan untuk memasak kacang polong harus dioleskan pada bagian tubuh yang terkena penyakit.
8. Para natrium bikarbonat
Baking soda adalah obat yang sangat populer untuk mengontrol gatal-gatal yang disebabkan oleh cacar air. Taruh 'sedikit baking soda dalam segelas air, lalu mandikan anak dengan sponsyang dicelupkan ke dalam solusi ini sebelumnya. Mengeringkan kulit dan akan mencegah anak menggaruk ruam.
P.PROGNOSIS
- Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
- Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.
- Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
- Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
Pencegahan.
- Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
- Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.
- Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
- Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
Pencegahan.
UNTUK PENCEGAHAN CACAR AIR SEPERTI
IMUNISASI/VAKSINISASI
GAMBAR UNTUK CACAR AIR
MACAM-MACAM OBAT TRADISONAL UNTUK
CACAR AIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar