Selasa, 22 Desember 2020

Recreat Look Electrically Elegant



Hallo semuanya kali ini aku recreat makeup look Electrically Elegant By Wardah, kali ini aku fokuskan dibagian mata yaa. Eyeshadow yang aku gunain saat ini aku pake Wardah Exclusive Pallate 02 Sunset Brown, disini aku pake warna dasar dulu yang warna nude pink, selanjutnya aku pake warna  gold glittery untuk dibagian kelopak mata (seluruhnya ya) setelah itu di blend sampe ada transisi dan ngeblur sedikit dibagian atas kelopak mata. Dan nggak lupa aku juga pake Eyeliner Spidol dari Wardah yang Instaperfect Hypergetic Precise Black Liner dimana dia bener-bener Precise untuk membentuk eyeliner yang sempurna. Selanjutnya dibagian waterline aku pake Eyeliner Pencil Black by Wardah yg warna hitam. Dan tak lupa diakhir aku pake Mascara yang Series EyeXpert The Volume Mascara by Wardah.

Okayyy yukss kita recreat makeup look yang seperti aku pake sekarang!!!

Selasa, 18 April 2017

MAKALAH TRIKURIASIS

MAKALAH MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI

UNISka NEw BGT.jpg

DISUSUN OLEH :
NAMA : AURORA NEVADA
NPM : 15.07.0249


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARYAD AL-BANJARY BANJARMASIN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
               Infeksi cacing usus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia terutama pada negara berkembang di daerah tropis. Dalam kehidupan sehari-hari cacingan merupakan penyakit yang banyak dijumpai, terutama pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah. Walaupun infeksi cacing sangat jarang menimbulkan kematian, tetapi dalam keadaan kronis dapat menimbulkan masalah di bidang kesehatan, seperti akibat infeksi berat dan kronis  dapat menyebabkan kurang gizi, kurang darah (anemi), yang mana secara tidak langsung dapat menyebabkan gangguan fisik, gangguan kognitip, gangguan pertumbuhan anak, penurunan daya kerja dan kuwalitas hidup, serta masa depan dari penderita. Infeksi cacing dapat mengenai semua golongan umur, tetapi prevalensi tinggi terutama pada golongan anak usia sekolah dasar.
               Trikuriasis merupakan penyakit infeksi cacing Trichuris trichiura yang diperkirakan mencapai 800 juta kasus di seluruh dunia. Di daerah tropis dan lembab seperti di Indonesia, penderita dengan infeksi berat dan menahun, terutama pada anak-anak sering  dengan gejala khas, seperti sindroma disentri, anemia, penurunan berat badan, disertai dengan infeksi mikro organisme lain, bahkan dapat terjadi prolapsus rekti. Pada negara berkembang termasuk Indonesia infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah /Soil-Transmitted Helminths (STH) mempunyai angka  prevalensi yang sangat tinggi terutama pada anak usia bawah lima tahun (Balita) ataupun golongan anak sekolah dasar.  Dari penelitian pada tahun 1995 didapatkan prevalensi penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah sebesar  60% - 70%. Anak usia sekolah dasar dan merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan penyakit ini. Hasil penelitian  tahun 1996  pada anak SD di Jakarta Utara menemukan prevalensi askariasis 59.6 % dan trikuriasis sebesar 79.64 %. Tinggi rendahnya penularan penyakit askariasis dan trikuriasis sangat berhubungan erat dengan pencemaran tanah oleh tinja yang mengandung telur cacing. Dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit kecacingan, pemerintah telah melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit kecacingan, terutama pada anak usia sekolah dasar. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kepada murid, guru, dan orang tua murid mengenai penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab, pencegahan, dan cara penanggulangan serta pemberian obat cacing.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep penyebab dan elemen penyakit Trikuriasis?
2.      Apa pencegahan (Primordial, Primer, Sekunder, Tersier) yang efektif yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit Trikuriasis?
3.      Apakah pemerintah memiliki program khusus untuk menyelesaikan penyakit Trikuriasis?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep penyebab dan elemen penyakit Trikuriasis.
2.      Untuk mengetahui pencegahan (Primordial, Primer, ekunder, Tersier) yang efektif yang bisa dilakukan untuk mencegh penyakit Trikuriasis.
3.      Untuk mengetahui program pemerintah yang dijalankan dalam menyelesaikan penyakit Trikuriasis.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  DEFINISI
Trikuriasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
2.2  ETIOLOGI
Penyakit Trikuriasis disebabkan oleh cacing cambuk (Trichuris trichuira) yang hidup pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat juga ditemukan di kolon asendens.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus,hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannnya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris trichuira yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat Trichuris trichuira sering disertai infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala.  Parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin.

2.3 
TANDA DAN GEJALA TRIKURIASIS
              Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing tersebar diseluruh kolon dan rektum. Kadand-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.
·         Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usu. Ditempat pelekatan dapat terjadi pendarahan. Disamping itu cacing ini juga menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
·         Penderita terutama anak-anak dengan infeksi berat trikuriasis menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum.
·         Infeksi berat trikuriasis sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau tanpa gejala sama sekali. Parasit ini sering ditemukan pada pemeriksaan tinja secara rutin.
·         Gejala Trikuriasis :
1.      Anemia Berat
2.      Diare berdarah
3.      Nyeri perut
4.      Mual dan muntah
5.      Berat badan menurun
6.      Kadang-kadang terjadi prolaps rektum
2.4 CARA PENULARAN
·         Cara infeksi langsung jika kebetulan hospes menelan telur yang matang (infektif), kemudian larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Cacing juga dapat ditularkan bila ada kontak kulit dengan manusia maka larva dapat menembus masuk dalam kulit manusia.
2.5 PENGOBATAN TRIKURIASIS
            Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus, jika diperlukan pengobatan biasanya diberikan :
1.          Mebendazol
  100 mg 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Tidak perlu di pertimbangkan berat badan penderita karena obat ini praktis tidak diabsorbsi. Tetapi obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang dikandung.
2.          Ditiazanin iodide (Delvex, Telmid, Delombrin, Netocyd)
Dosis yang diberikan 10mg/kg.bb/haripadaharipertama, selanjutnya 20 mg/kg. bb/hariselama 3 – 15 hari
3.      Triklormenolpiperazin
4.      Stilazium iodide (Menopar)
5.      Tiobendazole (Mintezol)
Merupakanobatpilihandengandosis 25 – 30 mg/kg.bb/hariselama 7 – 30 hari.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1  KONSEP PENYEBAB PENYAKIT DAN ELEMAN PENYAKIT TRIKURIASIS
A.    Konsep Penyebab Penyakit Kolera
a)      Host (Pejamu)
            Merupakan faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Beberapa faktor dalam pejamu yang dapat menyebabkan terjdinya Trikuriasis :
-          Mekanisme Pertahanan Tubuh
Mekanisme pertahanan tubuh yang lemah akan dapat menyebabkan tubuh mudah terinveksi oleh  cacing dewasa yang menembus dinding usus  sehingga menimbulkan trauma dan kerusakan pada jaringan usus. Hal itu dikarenakan cacing dapat menghasilkan toksin yang menimbulkan iritasi juga peradangan.
-          Kebiasaan hidup
Seseorang yang memiliki  kebiasaan hidup buruk dan kurang bersih akan lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan sering memakan sayuran mentah. Sehingga hygiene sanitasi personal sangat penting untuk diterapkan.

b). Agent (Bibit Penyakit)
            Agent dari penyakit Trikuriasis adalah cacing nematoda usus species Trichuris trichiura yang biasa disebut cacing cambuk.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2dDUPa8hyphenhyphenCaqDrsIwSFEZ-MHIl2ULDz9x7gxzMPrksOeSG-ExtyyfPTf8KYhw8ZJ1QxwGciCxbp3vQHZCERFDv4IUsYx8eitocwximjWh6VbICiiztVgc8FyTXI2pWQ4bq56uuKnaN0Z-/s1600/alurr.jpg
c)      Environtment (Lingkungan)
            Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan Trikuriasis adalah pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan rendah, kondisi lingkungan dengan sanitasi buruk, juga  tidak tersedianya MCK sehingga tanah  dapat  terkontaminasi oleh telur cacing Trichuris trichiura. Selain itu kondisi lingkungan yang lembab dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit Trikuriasis.

B.     ELEMEN PENYAKIT TRIKURIASIS
a)          Orang
Penyakit Trikuriasis dapat menyerang semua kelompok umur namun angka infeksi tertinggi ditemukan pada anak-anak juga pada pekerja pertanian dan perkebunan yang sering memakai kaki telanjang tanpa menggunakan alas kaki.

b)      Waktu
Penyakit trikiriasis sering terjadi saat iklim sedang tropis  dan kondisi lingkungan dalam keadan panas dan lembab.

b)          Tempat
Cacing  Trichuris trichiura  tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit), Trichuriasis banyak ditemukan di Asia dimana prevalensinya lebih dari 50% terutama didaerah pedesaan. Di   Indonesia frekuensi Trikuriasis tinggi, yaitu  antara 30%-90%.  Di Afrika, prevalensinya 25% dan di Amerika Latin 12% (Soedarmo, 2008).
3.2 LEVEL PENCEGAHAN PENYAKIT
Trikuriasis adalah penyakit infeksi pada mukosa usus yang timbul setelah infeksi telur trichuris trichiura. Penyakit ini sering terjadi di Indonesia dengan prevalensi  60%-90%. Agar  penyakit ini tidak tersebar di masyarakat, maka pencegahan penting untuk dilaksanakan. Pencegahan yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberantas siklus hidup cacing. Berikut ini adalah level pencegahan penyakit untuk trikuriasis
a)          Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial bertujuan untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Tindakan yang dilakukan, yaitu:
Membuat aturan perundangan tentang penyakit kecacingan ,yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No. 424. 2006 tentang Pedoman Pengendalian Kecacingan
b)          Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Tindakan yang dilakukan yaitu:
a.       Health promotion
-          Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan agar masyarakat mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
-          Pendidikan bertani terutama proses produksi agar tidak mennggunakan pupuk atau air yang tercemar tinja
b.      Spesific protection
-          Penyediaan jamban sehat agar tinja tidak mencemari lingkungan
-          Menghindari penggunaan tinja sebagai pupuk sebelum pencampuran dengan bahan kimia tertentu
-          Menghindari pengairan lahan dengan air sungai yang tercemar
-          Memberikan obat tertentu untuk penyakit cacing
-          Mencuci sayur dan menyiram dengan air hangat sebelum dikonsumsi terutama untuk lalapan
-          Mencuci tangan sebelum makan
-          Bertani menggunakan sarung tangan dan sepatu
-          Penyediaan air bersih yang cukup
c)      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung (patogenesis) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tindakan yang dilakukan yaitu:
-          Memeriksakan langsung ke dokter
-          Screening
-          Memberikan mebendazol 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-turut atau dosis tunggal 500 mg
-          Memberikan albendazol 400 mg selama 3 hari berturut-turut
d)     Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk menghalangi perkembangan ketidak mampuan kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut dan mengadakan rehabilitasi. Tindakan yang dilakukan yaitu:
-          Rehabilitation: Memberi asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

1.3 PROGRAM PEMERINTAH YANG DILAKSANAKAN DALAM PEMBERANTASAN      TRICHURIASIS
Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut Kementrian Kesehatan 2006 pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994-1999) Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan prioritasnya pada anak-anak karena pada periode ini lebih memperhatikan peningkatanperkembangan dan kualitas hidup anak. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan menurunkan prevalensi kecacingan dari 78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun 2003).
1.      Memutus mata rantai penularan baik dalam tubuh maupun di luar tubuh manusia
Dalam memutus rantai penularan ini ada dua program yang dilakukan yaitu :
·         PROGRAM JANGKA PENDEK
Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan intensitas infeksi Cacingan dengan cara pengobatan (oleh sektor kesehatan).
·         PROGRAM JANGKA PANJANG
Tujuan program ini untuk memutus rantai penularan di luar tubuh manusia, yaitu dengan melaksanakan upaya pencegahan yang efektif.
Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas yaitu program jangka pendek dan jangka    panjang ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:
a.       Penentuan prioritas lokasi sasaran maupun penduduk sasaran.
b.      Penegakan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung menggunakan  metode kato - katz.
c.       Penanggulangan (pengobatan, pencegahan dan promotif).
2.      Melakukan pengobatan massal dan selektif
            Pengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu “Blanket Treatment” dan “Selective Treatment” dengan mengunakan obat yang aman dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat membunuh cacing dewasa, larva dan telur.Pada awal pelaksanaan kegiatan pengobatan didahului dengan survei untuk mendapat data dasar. Bila pemeriksaan tinja dilakukan secara sampling dan hasil pemeriksaan tinja menunjukan prevalensi 30% atau lebih, dilakukan pengobatan massal, sebaliknya bila  prevalensi kurang dari 30%, maka dilakukan pemeriksaan tinja secara menyeluruh (total screening). Apabila hasil pemeriksaan total screening menunjukkan prevalensi di atas 30%, maka dilakukan pengobatan massal. Apabila prevalensi kurang dari  30%, maka lakukan pengobatan selektif, yaitu yang positif saja.

3.      Kegiatan penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid mengenai penyakit cacingan
            Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD, terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki. Dalam usaha pencegahan dan pengobatan penyakit cacingan, pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan berbagai program pemberantasan penyakit cacingan, terutama di SD-SD di DKI Jakarta. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid mengenai penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab, pencegahan, dan cara penanggulangan serta pengobatan secara selektif. Selain itu, juga dilakukan upaya edukatif penunjang berupa lomba kebersihan antar sekolah, lomba menggambar dan mengarang dari murid peserta program. Sasaran penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar karena biasanya ibulah yang paling berperan dalam kehidupan seorang anak. Ibu merupakan model atas tingkah laku sosial bagi si anak, juga dalam berperilaku sehat, khususnya dalam pencegahan penyakit cacingan.
4.      Penyuluhan terhadap anak-anak sekolah dan guru melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Pendidikan kesehatan dapat diberikan melalui penyuluhan kepada anak-anak sekolah dan guru yaitu melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Anak-anak sekolah diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dirinya, diantaranya mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun, mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari, memotong dan membersihkan kuku serta memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
5.      Penyuluhan bagi kaum ibu
Penyuluhan bagi kaum ibu dapat dilakukan melalui organisasi wanita,seperti PKK atau pada pengajian ibu-ibu di masjid. Penggunaan jalur PKKlebih efektif mengingat jalur ini dapat diterima oleh semua golonganmasyarakat sampai tingkat Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Saat penyuluhan diberitahukan kepada kaum ibu bahwa anak-anak mereka harus dilatih sejak kecil agar tidakbuang air besar di sembarang tempat, menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut dan sayur-sayur yang dipetik atau yang dibeli di pasar dimasakterlebih dahulu serta sering membersihkan halaman rumah dan sebaiknya halaman rumah tidak dibiarkan terlalu teduh, oleh karenatanah lembab yang terlindung dari cahaya matahari merupakan tempatperkembangan Soil Transmitted Helminths. Selain itu kaum ibu senantiasa mengawasi anak mereka agar selalu menggunakan alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan sarung tangan jika harus memegang tanah, seperti berkebun, terutama pada tanah yanglembab.
6.      Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat dapat dilakukan penyuluhan secara langsung atau melalui media massa baik cetak maupun media elektronik.Masyarakat harus disadarkan untuk menggunakan jamban sebagaitempat buang air besar.
7.      Kemitraan
Pengendalian Penyakit Cacingan bukan semata-mata merupakan tugas Departemen Kesehatan melainkan menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat ataupun sektor lain sebagai mitra. Dalam pelaksanaan program UKS telah diupayakan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, yaitu Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pendidikan Nasional. Untuk itu peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas program dan lintas sektor sangat penting dalam Pengendalian Penyakit Cacingan.
Kemitraan dapat digolongkan dalam tiga kelompok :
a.       Kemitraan antar instansi pemerintah baik lintas program (dalam satu departemen) dan lintas sektor (lebih dari satu departemen).
b.      Kemitraan di luar instansi pemerintah adalah swasta seperti LSM, Industri, Perkebunan, Pertambangan, dan Perusahaan yang pekerjanya banyak terinfeksi cacing.
c.       Kemitraan masyarakat mandiri (Peran serta aktif masyarakat sesuai dengan keadaan sosial budaya setempat). Hal ini adalah program jangka panjang (merubah perilaku) yang dapat dimulai dari murid sekolah dasar).
8.      Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)/petugas kesehatan
Peningkatan Sumber Daya Manusia dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal, misalnya melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi petugas kesehatan sangat diperlukan baik pengetahuan mengenai penyakitnya maupun ketrampilan dalam bidang laboratorium, hal ini sangat menunjang pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Cacingan.
















BAB IV
PENUTUP

  1.1 KESIMPULAN
a)      Trikuriasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
b)      Penyakit Trikuriasis disebabkan oleh cacing cambuk (Trichuris trichuira) yang hidup pada manusia terutama hidup di sekum, dan dapat juga ditemukan di kolon asendens.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus,hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus.
c)      Awal gejalanya yaitu cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usu. Pada Penderita terutama anak-anak dengan infeksi berat trikuriasis menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat trikuriasis sering disertai dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa, sedangkan Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau tanpa gejala sama sekali.
d)     Penularannya dengan cara infeksi langsung jika kebetulan hospes menelan telur yang matang (infektif), kemudian larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Dan bisa juga kontak kulit antar manusia.

1.2  SARAN
Pencegahan pada penyakit trikuriasis dapat dilakukan :
a.       Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit trikuriasis adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan, terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran (feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan.
b.       Penyediaan jamban sehat agar tinja tidak mencemari lingkungan
c.      Menghindari penggunaan tinja sebagai pupuk sebelum pencampuran dengan    bahan kimia tertentu
d.      Menghindari pengairan lahan dengan air sungai yang tercemar
e.       Memberikan obat tertentu untuk penyakit cacing
f.      Mencuci sayur dan menyiram dengan air hangat sebelum dikonsumsi terutama   untuk lalapan
g.     Mencuci tangan sebelum makan
h.      Bertani menggunakan sarung tangan dan sepatu
i.       Penyediaan air bersih yang cukup
j.       Memberi asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
k.     Jika terkena penyakit tersebut segera periksa kedokter.





DAFTAR PUSTAKA
·       Rampengan,T.H,&Laurentz,I.R.1992.Penyakit InfeksiTropik Pada anak. Manado:Penerbit Buku Kedokteran. (Diakses pada tanggal 1 April 2014 pukul 11.50)
·       Mahdiani, Ratna.2010. Mengenal, Mencegah, Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogyakarta : Citra Pustaka. (Diakses pada tanggal 1 April 2014 pukul 12.17)
·       Andamsari,Tilda. Prevalensi Infestasi Trichuris Trichiura Pada Murid SDN 23 Pasir Sebelah dan SDN 15 Padang Pasir [Skripsi]. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas;1997,http://repository.unand.ac.id/16490/1/Prevalensi_Infestasi_Trichuris_Trichiura_pada_Murid_SDN_23_Pasir_Sebelah_dan_SDN_15_Padang_Pasir.pdf
·       Keputusan Menteri Kesehatan, No. 424. 2006. Pedoman Pengendalian Kecacingan (on line),
·       Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.2007.Jakarta: Departemen Kesehatan RI. (katalog dalam terbitan)
·       Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman.2011.http://dinkes.slemankab.go.id/penanggulangan-penyakit.(diakses pada 6 April 2014)
·       Muslim,H.M.Parasitologi Untuk Keperawatan.2009.Jakarta:EGC
·       http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-arfaneisya-5326-2-bab2.pdf (diakses pada tanggal 6 April 2014 pukul 18.00 WIB)
·       http://indonesiaindonesia.com/f/11507-trikuriasis/ (diakses pada tanggal 6 April 2014 pukul 18.00 WIB)


Recreat Look Electrically Elegant

Hallo semuanya kali ini aku recreat makeup look Electrically Elegant By Wardah, kali ini aku fokuskan dibagian mata yaa. Eyeshadow yang aku ...