MAKALAH
MIKROBIOLOGI & PARASITOLOGI
DISUSUN
OLEH :
NAMA
: AURORA NEVADA
NPM : 15.07.0249
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARYAD AL-BANJARY BANJARMASIN
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi cacing usus masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia dan beberapa negara di dunia terutama pada
negara berkembang di daerah tropis. Dalam kehidupan sehari-hari cacingan
merupakan penyakit yang banyak dijumpai, terutama pada masyarakat golongan sosial
ekonomi rendah. Walaupun infeksi cacing sangat jarang menimbulkan kematian,
tetapi dalam keadaan kronis dapat menimbulkan masalah di bidang kesehatan,
seperti akibat infeksi berat dan kronis
dapat menyebabkan kurang gizi, kurang darah (anemi), yang mana secara
tidak langsung dapat menyebabkan gangguan fisik, gangguan kognitip, gangguan
pertumbuhan anak, penurunan daya kerja dan kuwalitas hidup, serta masa depan
dari penderita. Infeksi cacing dapat mengenai semua golongan umur, tetapi
prevalensi tinggi terutama pada golongan anak usia sekolah dasar.
Trikuriasis
merupakan penyakit infeksi cacing Trichuris trichiura yang diperkirakan
mencapai 800 juta kasus di seluruh dunia. Di daerah tropis dan lembab seperti
di Indonesia, penderita dengan infeksi berat dan menahun, terutama pada
anak-anak sering dengan gejala khas,
seperti sindroma disentri, anemia, penurunan berat badan, disertai dengan
infeksi mikro organisme lain, bahkan dapat terjadi prolapsus rekti. Pada negara
berkembang termasuk Indonesia infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah
/Soil-Transmitted Helminths (STH) mempunyai angka prevalensi yang sangat tinggi terutama pada
anak usia bawah lima tahun (Balita) ataupun golongan anak sekolah dasar. Dari penelitian pada tahun 1995 didapatkan
prevalensi penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah sebesar 60% - 70%. Anak usia sekolah dasar dan
merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan penyakit ini. Hasil
penelitian tahun 1996 pada anak SD di Jakarta Utara menemukan
prevalensi askariasis 59.6 % dan trikuriasis sebesar 79.64 %. Tinggi rendahnya
penularan penyakit askariasis dan trikuriasis sangat berhubungan erat dengan
pencemaran tanah oleh tinja yang mengandung telur cacing. Dalam usaha
pencegahan dan pengobatan penyakit kecacingan, pemerintah telah melaksanakan
berbagai program pemberantasan penyakit kecacingan, terutama pada anak usia
sekolah dasar. Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kepada murid, guru, dan
orang tua murid mengenai penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah,
termasuk penyebab, pencegahan, dan cara penanggulangan serta pemberian obat
cacing.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana konsep penyebab dan elemen penyakit Trikuriasis?
2.
Apa pencegahan (Primordial, Primer, Sekunder, Tersier) yang efektif yang bisa
dilakukan untuk mencegah penyakit Trikuriasis?
3.
Apakah pemerintah memiliki program khusus untuk menyelesaikan penyakit
Trikuriasis?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep
penyebab dan elemen penyakit Trikuriasis.
2.
Untuk mengetahui pencegahan (Primordial, Primer, ekunder, Tersier) yang efektif
yang bisa dilakukan untuk mencegh penyakit Trikuriasis.
3.
Untuk mengetahui program pemerintah yang dijalankan dalam menyelesaikan
penyakit Trikuriasis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Trikuriasis adalah suatu infeksi yang
disebabkan oleh Trichuris trichiura. Penyakit ini terutama terjadi di daerah
subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang
hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
2.2 ETIOLOGI
Penyakit Trikuriasis disebabkan oleh cacing
cambuk (Trichuris trichuira) yang hidup pada manusia terutama hidup di sekum, akan tetapi dapat
juga ditemukan di kolon asendens.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus,hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus. Pada tempat perlekatannnya dapat terjadi perdarahan. Disamping itu
rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Penderita terutama anak dengan infeksi
Trichuris trichuira yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata
seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat
badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum. Infeksi berat
Trichuris trichuira sering disertai infeksi cacing lainnya atau protozoa.
Infeksi ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama
sekali tanpa gejala. Parasit ini
ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin.
2.3
TANDA DAN GEJALA TRIKURIASIS
Pada infeksi berat, terutama pada anak cacing
tersebar diseluruh kolon dan rektum. Kadand-kadang terlihat di mukosa rektum
yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi.
·
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usu. Ditempat pelekatan dapat terjadi pendarahan. Disamping itu cacing
ini juga menghisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia.
·
Penderita terutama anak-anak dengan infeksi
berat trikuriasis menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom
disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus
rektum.
·
Infeksi berat trikuriasis sering disertai
dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi ringan biasanya tidak
memberikan gejala klinis yang jelas atau tanpa gejala sama sekali. Parasit ini
sering ditemukan pada pemeriksaan tinja secara rutin.
·
Gejala Trikuriasis :
1.
Anemia Berat
2.
Diare berdarah
3.
Nyeri perut
4.
Mual dan muntah
5.
Berat badan menurun
6.
Kadang-kadang terjadi prolaps rektum
2.4 CARA PENULARAN
·
Cara infeksi langsung jika kebetulan hospes
menelan telur yang matang (infektif), kemudian larva keluar melalui dinding
telur dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi dewasa cacing turun ke
usus bagian distal dan masuk ke daerah kolon, terutama sekum. Cacing juga dapat
ditularkan bila ada kontak kulit dengan manusia maka larva dapat menembus masuk
dalam kulit manusia.
2.5 PENGOBATAN TRIKURIASIS
Infeksi ringan tidak memerlukan pengobatan khusus, jika diperlukan pengobatan biasanya diberikan :
1.
Mebendazol
100 mg 2
kali sehari selama 3 hari berturut-turut. Tidak perlu di pertimbangkan berat badan penderita karena obat ini praktis tidak diabsorbsi. Tetapi obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bias membahayakan janin yang
dikandung.
2.
Ditiazanin iodide (Delvex, Telmid, Delombrin, Netocyd)
Dosis yang diberikan 10mg/kg.bb/haripadaharipertama,
selanjutnya 20 mg/kg. bb/hariselama 3 – 15 hari
3.
Triklormenolpiperazin
4. Stilazium
iodide (Menopar)
5. Tiobendazole
(Mintezol)
Merupakanobatpilihandengandosis 25 – 30
mg/kg.bb/hariselama 7 – 30 hari.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KONSEP PENYEBAB PENYAKIT DAN ELEMAN PENYAKIT
TRIKURIASIS
A. Konsep
Penyebab Penyakit Kolera
a) Host (Pejamu)
Merupakan faktor yang terdapat pada diri
manusia yang dapat mempengaruhi
timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Beberapa faktor dalam pejamu yang
dapat menyebabkan terjdinya Trikuriasis :
-
Mekanisme Pertahanan Tubuh
Mekanisme pertahanan tubuh yang lemah akan
dapat menyebabkan tubuh mudah terinveksi oleh
cacing dewasa yang menembus
dinding usus sehingga menimbulkan trauma
dan kerusakan pada jaringan usus. Hal itu dikarenakan cacing dapat menghasilkan
toksin yang menimbulkan iritasi juga peradangan.
- Kebiasaan hidup
Seseorang yang
memiliki kebiasaan hidup buruk dan
kurang bersih akan lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti tidak mencuci
tangan sebelum makan dan sering memakan sayuran mentah. Sehingga hygiene
sanitasi personal sangat penting untuk diterapkan.
b). Agent (Bibit Penyakit)
Agent dari penyakit Trikuriasis adalah cacing
nematoda usus species Trichuris trichiura yang biasa disebut cacing cambuk.
c) Environtment
(Lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan Trikuriasis
adalah pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan rendah, kondisi
lingkungan dengan sanitasi buruk, juga
tidak tersedianya MCK sehingga tanah
dapat terkontaminasi oleh telur
cacing Trichuris trichiura. Selain itu kondisi lingkungan yang lembab dapat
menjadi pemicu timbulnya penyakit Trikuriasis.
B. ELEMEN PENYAKIT TRIKURIASIS
a)
Orang
Penyakit Trikuriasis dapat menyerang semua kelompok umur
namun angka infeksi tertinggi ditemukan pada anak-anak juga pada pekerja
pertanian dan perkebunan yang sering memakai kaki telanjang tanpa menggunakan
alas kaki.
b)
Waktu
Penyakit
trikiriasis sering terjadi saat iklim sedang tropis dan kondisi lingkungan dalam keadan panas dan
lembab.
b)
Tempat
Cacing Trichuris
trichiura tersebar luas di seluruh dunia
(kosmopolit), Trichuriasis banyak ditemukan di Asia dimana prevalensinya lebih
dari 50% terutama didaerah pedesaan. Di
Indonesia frekuensi Trikuriasis tinggi, yaitu antara 30%-90%. Di Afrika, prevalensinya 25% dan di Amerika
Latin 12% (Soedarmo, 2008).
3.2 LEVEL PENCEGAHAN PENYAKIT
Trikuriasis adalah penyakit infeksi pada
mukosa usus yang timbul setelah infeksi telur trichuris trichiura. Penyakit ini
sering terjadi di Indonesia dengan prevalensi
60%-90%. Agar penyakit ini tidak
tersebar di masyarakat, maka pencegahan penting untuk dilaksanakan. Pencegahan
yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberantas siklus hidup cacing. Berikut
ini adalah level pencegahan penyakit untuk trikuriasis
a)
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial bertujuan untuk
menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui
mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Tindakan yang
dilakukan, yaitu:
Membuat aturan perundangan tentang penyakit
kecacingan ,yaitu Keputusan Menteri Kesehatan No. 424. 2006 tentang Pedoman
Pengendalian Kecacingan
b)
Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis)
dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit. Tindakan yang dilakukan
yaitu:
a.
Health promotion
-
Pendidikan kesehatan melalui penyuluhan agar masyarakat mampu menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
-
Pendidikan bertani terutama proses produksi agar tidak mennggunakan pupuk atau
air yang tercemar tinja
b.
Spesific protection
-
Penyediaan jamban sehat agar tinja tidak mencemari lingkungan
-
Menghindari
penggunaan tinja sebagai pupuk sebelum pencampuran dengan bahan kimia tertentu
-
Menghindari pengairan
lahan dengan air sungai yang tercemar
-
Memberikan obat
tertentu untuk penyakit cacing
-
Mencuci sayur dan
menyiram dengan air hangat sebelum dikonsumsi terutama untuk lalapan
-
Mencuci tangan
sebelum makan
-
Bertani menggunakan
sarung tangan dan sepatu
-
Penyediaan air bersih
yang cukup
c) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder
yaitu pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung
(patogenesis) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tindakan yang
dilakukan yaitu:
- Memeriksakan
langsung ke dokter
- Screening
- Memberikan
mebendazol 100 mg 2 x sehari selama tiga hari berturut-turut atau dosis tunggal
500 mg
-
Memberikan albendazol 400 mg selama 3
hari berturut-turut
d) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk
menghalangi perkembangan ketidak mampuan kondisi atau gangguan sehingga tidak
berkembang ke tahap lanjut dan mengadakan rehabilitasi. Tindakan yang dilakukan
yaitu:
-
Rehabilitation: Memberi asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan daya tahan
tubuh.
1.3 PROGRAM PEMERINTAH YANG DILAKSANAKAN DALAM PEMBERANTASAN TRICHURIASIS
Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit
kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut Kementrian
Kesehatan 2006 pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI tahun (1994-1999)
Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan prioritasnya pada
anak-anak karena pada periode ini lebih memperhatikan peningkatanperkembangan
dan kualitas hidup anak. Ternyata upaya ini telah berhasil meningkatkan cakupan
menurunkan prevalensi kecacingan dari 78,6% (tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun
2003).
1. Memutus mata
rantai penularan baik dalam tubuh maupun di luar tubuh manusia
Dalam memutus rantai penularan ini ada dua
program yang dilakukan yaitu :
· PROGRAM JANGKA PENDEK
Tujuan program ini untuk memutus rantai
penularan dalam tubuh manusia, dengan demikian dapat menurunkan prevalensi dan
intensitas infeksi Cacingan dengan cara pengobatan (oleh sektor kesehatan).
· PROGRAM JANGKA PANJANG
Tujuan program ini untuk memutus rantai
penularan di luar tubuh manusia, yaitu dengan melaksanakan upaya pencegahan
yang efektif.
Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas yaitu
program jangka pendek dan jangka panjang ada beberapa kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu:
a.
Penentuan prioritas lokasi sasaran maupun penduduk sasaran.
b.
Penegakan diagnosa dengan melakukan pemeriksaan tinja secara langsung
menggunakan metode kato - katz.
c.
Penanggulangan (pengobatan, pencegahan dan promotif).
2. Melakukan
pengobatan massal dan selektif
Pengobatan dilakukan dengan dua cara pendekatan yaitu
“Blanket Treatment” dan “Selective Treatment” dengan mengunakan obat yang aman
dan berspektrum luas, efektif, tersedia dan terjangkau harganya, serta dapat
membunuh cacing dewasa, larva dan telur.Pada awal pelaksanaan kegiatan
pengobatan didahului dengan survei untuk mendapat data dasar. Bila pemeriksaan
tinja dilakukan secara sampling dan hasil pemeriksaan tinja menunjukan
prevalensi 30% atau lebih, dilakukan pengobatan massal, sebaliknya bila prevalensi kurang dari 30%, maka dilakukan
pemeriksaan tinja secara menyeluruh (total screening). Apabila hasil
pemeriksaan total screening menunjukkan prevalensi di atas 30%, maka dilakukan
pengobatan massal. Apabila prevalensi kurang dari 30%, maka lakukan pengobatan selektif, yaitu
yang positif saja.
3. Kegiatan
penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid mengenai penyakit cacingan
Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan
umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD,
terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka
dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang
tercemar telur cacing tanpa alas kaki. Dalam usaha pencegahan dan pengobatan
penyakit cacingan, pemerintah dan masyarakat telah melaksanakan berbagai
program pemberantasan penyakit cacingan, terutama di SD-SD di DKI Jakarta.
Kegiatan tersebut meliputi penyuluhan kepada murid, guru, dan orangtua murid
mengenai penyakit cacingan yang ditularkan melalui tanah, termasuk penyebab,
pencegahan, dan cara penanggulangan serta pengobatan secara selektif. Selain
itu, juga dilakukan upaya edukatif penunjang berupa lomba kebersihan antar
sekolah, lomba menggambar dan mengarang dari murid peserta program. Sasaran
penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia sekolah dasar karena biasanya
ibulah yang paling berperan dalam kehidupan seorang anak. Ibu merupakan model
atas tingkah laku sosial bagi si anak, juga dalam berperilaku sehat, khususnya
dalam pencegahan penyakit cacingan.
4. Penyuluhan
terhadap anak-anak sekolah dan guru melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Pendidikan
kesehatan dapat diberikan melalui penyuluhan kepada anak-anak sekolah dan guru
yaitu melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Anak-anak sekolah
diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dirinya, diantaranya mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan
sabun, mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari, memotong
dan membersihkan kuku serta memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan
memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah.
5. Penyuluhan
bagi kaum ibu
Penyuluhan bagi
kaum ibu dapat dilakukan melalui organisasi wanita,seperti PKK atau pada
pengajian ibu-ibu di masjid. Penggunaan jalur PKKlebih efektif mengingat jalur
ini dapat diterima oleh semua golonganmasyarakat sampai tingkat Rukun Tetangga
(RT) dan Rukun Warga (RW). Saat penyuluhan diberitahukan kepada kaum ibu bahwa
anak-anak mereka harus dilatih sejak kecil agar tidakbuang air besar di
sembarang tempat, menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan
lalat mencemari makanan tersebut dan sayur-sayur yang dipetik atau yang dibeli
di pasar dimasakterlebih dahulu serta sering membersihkan halaman rumah dan
sebaiknya halaman rumah tidak dibiarkan terlalu teduh, oleh karenatanah lembab
yang terlindung dari cahaya matahari merupakan tempatperkembangan Soil
Transmitted Helminths. Selain itu kaum ibu senantiasa mengawasi anak mereka
agar selalu menggunakan alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan sarung
tangan jika harus memegang tanah, seperti berkebun, terutama pada tanah
yanglembab.
6. Penyuluhan
kepada masyarakat
Penyuluhan kepada
masyarakat dapat dilakukan penyuluhan secara langsung atau melalui media massa
baik cetak maupun media elektronik.Masyarakat harus disadarkan untuk
menggunakan jamban sebagaitempat buang air besar.
7. Kemitraan
Pengendalian
Penyakit Cacingan bukan semata-mata merupakan tugas Departemen Kesehatan
melainkan menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah, masyarakat ataupun
sektor lain sebagai mitra. Dalam pelaksanaan program UKS telah diupayakan Surat
Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri, yaitu Departemen Kesehatan, Departemen
Agama, Departemen Dalam Negeri dan Departemen Pendidikan Nasional. Untuk itu
peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas program dan lintas sektor sangat
penting dalam Pengendalian Penyakit Cacingan.
Kemitraan dapat digolongkan dalam tiga
kelompok :
a.
Kemitraan antar instansi pemerintah baik lintas program (dalam satu departemen)
dan lintas sektor (lebih dari satu departemen).
b.
Kemitraan di luar instansi pemerintah adalah swasta seperti LSM, Industri,
Perkebunan, Pertambangan, dan Perusahaan yang pekerjanya banyak terinfeksi
cacing.
c.
Kemitraan masyarakat mandiri (Peran serta aktif masyarakat sesuai dengan
keadaan sosial budaya setempat). Hal ini adalah program jangka panjang (merubah
perilaku) yang dapat dimulai dari murid sekolah dasar).
8. Peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM)/petugas kesehatan
Peningkatan Sumber
Daya Manusia dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun tidak
formal, misalnya melalui pelatihan. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
bagi petugas kesehatan sangat diperlukan baik pengetahuan mengenai penyakitnya
maupun ketrampilan dalam bidang laboratorium, hal ini sangat menunjang
pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Cacingan.
BAB IV
PENUTUP
1.1
KESIMPULAN
a)
Trikuriasis adalah suatu infeksi yang
disebabkan oleh Trichuris trichiura. Penyakit ini terutama terjadi di daerah
subropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang
hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
b)
Penyakit Trikuriasis disebabkan oleh cacing
cambuk (Trichuris trichuira) yang hidup pada manusia terutama hidup di sekum, dan dapat juga ditemukan di kolon asendens.
Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus,hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan
mukosa usus.
c)
Awal gejalanya yaitu cacing
ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang
menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usu. Pada Penderita terutama anak-anak dengan infeksi
berat trikuriasis menunjukkan gejala diare yang sering diselingi sindrom
disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus
rektum. Infeksi berat trikuriasis sering disertai
dengan infeksi cacing lainnya atau protozoa, sedangkan Infeksi ringan biasanya tidak memberikan
gejala klinis yang jelas atau tanpa gejala sama sekali.
d)
Penularannya dengan cara
infeksi langsung jika kebetulan hospes menelan telur yang matang (infektif),
kemudian larva keluar melalui dinding telur dan masuk ke dalam usus halus. Dan bisa juga kontak
kulit antar manusia.
1.2 SARAN
Pencegahan pada penyakit
trikuriasis dapat dilakukan :
a.
Cara pencegahan dan memutuskan tali penularan penyakit trikuriasis adalah dengan prinsip sanitasi lingkungan,
terutama kebersihan air dan pembuangan kotoran
(feaces) pada tempatnya yang memenuhi standar lingkungan.
b.
Penyediaan jamban sehat agar tinja tidak mencemari
lingkungan
c.
Menghindari penggunaan tinja
sebagai pupuk sebelum pencampuran dengan bahan kimia tertentu
d.
Menghindari pengairan
lahan dengan air sungai yang tercemar
e.
Memberikan obat
tertentu untuk penyakit cacing
f.
Mencuci sayur dan menyiram dengan
air hangat sebelum dikonsumsi terutama untuk lalapan
g.
Mencuci tangan sebelum makan
h.
Bertani menggunakan
sarung tangan dan sepatu
i.
Penyediaan air bersih yang cukup
j.
Memberi asupan gizi yang seimbang untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
k.
Jika terkena penyakit
tersebut segera periksa kedokter.
DAFTAR PUSTAKA
·
Rampengan,T.H,&Laurentz,I.R.1992.Penyakit
InfeksiTropik Pada anak. Manado:Penerbit Buku Kedokteran. (Diakses pada tanggal
1 April 2014 pukul 11.50)
·
Mahdiani, Ratna.2010. Mengenal, Mencegah, Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogyakarta
: Citra Pustaka. (Diakses pada tanggal 1 April 2014 pukul 12.17)
·
Keputusan Menteri Kesehatan, No. 424. 2006. Pedoman
Pengendalian Kecacingan (on line),
·
Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas.2007.Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. (katalog dalam terbitan)
·
Dinas Kesehatan Kabupaten
·
Muslim,H.M.Parasitologi Untuk
Keperawatan.2009.Jakarta:EGC