PENGANTAR
Hidup selalu
menawarkan pilihan…
Tersenyum atau marah…
Memaafkan atau membalas…
Mencintai atau membenci…
Bersyukur atau mengeluh…
Berharap atau putus asa…
Tidak ada pilihan yang tanpa konsekuensi…
Namun, Tuhan selalu memberi yang terbaik…
Rencana kita boleh indah… tapi rencana Tuhan lah yang terindah
Hidup kita mungkin baik-baik saja sebelum ada kata kanker,
tapi hidup dengan kanker itu lebih sempurna.
Tersenyum atau marah…
Memaafkan atau membalas…
Mencintai atau membenci…
Bersyukur atau mengeluh…
Berharap atau putus asa…
Tidak ada pilihan yang tanpa konsekuensi…
Namun, Tuhan selalu memberi yang terbaik…
Rencana kita boleh indah… tapi rencana Tuhan lah yang terindah
Hidup kita mungkin baik-baik saja sebelum ada kata kanker,
tapi hidup dengan kanker itu lebih sempurna.
Kekuatan tangan kita mungkin sanggup membawa kita menjadi orang yang
hebat. Tetapi hanya bersama rencana-Nya , kita bisa menjadi luar biasa saat melawan
penyakit tersebut. Tuhan bukan hanya mencukupi apa yang kita perlukan, tapi
memberi dengan berkelimpahan. Didalam sakit, kita semakin menghargai hidup
sekaligus kembali mendekati pada Sang Pencipta.
Jakarta, 20 Oktober 2011
Ir. Shahnaz Haque Ramadhan
Ir. Shahnaz Haque Ramadhan
Tawa riangmu hari itu masih bisa
ku ingat dengan jelas, lambaian indah tanganmu pun masih bisa aku rasa. Hari
itu kau begitu bahagia, seakan semua indah hadir dalam dirimu, menutup semua
duka yang pernah hinggap dalam hatimu selama ini. Jauh suaramu sudah terdengar
riang memecah keheningan yang sedang menggantung dalam hatiku. Tapi ternyata
itu adalah tanda akan datangnya duka yang mendalam yang tidak sanggup aku lupa
sampai saat ini.
Seperti biasa, hari demi hari dijalani oleh Jingga Clarafika Nufhika dan
Biru Ananda, sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain. Hubungan
mereka berjalan lancar, seperti air deras yang mengalir dengan sendirinya.
Namun beda dengan hari itu bagi anak muda berumur 17 tahun, yang masih
perkenalan menuju dewasa. Sebut saja namanya Jingga, dia sekolah di salah satu
sekolah Swasta Internasional di daerah Jakarta Selatan. Jingga anak yang
pandai, pintar, dan baik kepada sesama, dimana apabila orang lain memerlukannya
dia selalu berusaha meluangkan waktunya untuk orang lain.
Jingga punya sahabat
namanya Zezha Faulani atau sering
dipanggil Zezha, Jingga dan Zezha sahabatan sejak mereka masih duduk dibangku
SMP dan sekarang mereka duduk dibangku SMA kelas 3. Dimana mereka pada waktunya
dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian, dan melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi, Zezha ingin menjadi seorang dosen dan Jingga ingin menjadi seorang
dokter ahli bedah. Oh iya Biru, Biru itu pacar Jingga sejak SMA kelas 1 mereka
pacaran hampir 3 tahun, mereka bisa mengatasi salah paham, atau apabila
diantara mereka ada yang salah, mereka pasti saling menegur.
Seseorang yang
sering buat Jingga bahagia yaitu Biru dan Zezha, tapi sayang, Zezha waktu itu, divonis
dokter menderita penyakit kanker stadium 1 yaitu gagal Ginjal. Biru dan jingga
syok, apalagi zezha dia gak mau bicara dengan siapapun, karena dia takut untuk
mengucapkan kata-kata yang buat orang lain marah. Entah apa sebabnya kenapa
Zezha divonis penyakit tersebut. Sampai suatu ketika Zezha mau bicara kepada
Biru dan Jingga, namun ucapan-ucapan yang dilontarkan Zezha kepada biru dan
jingga membuat mereka saling berjauhan. Zezha bilang “aku suka sama biru
Jingga.. aku gak mau kehilangan biru dari kehidupan dan saat-saat terakhir aku,
aku ingin biru ada disamping aku untuk selamanya. Aku mohon kamu mau ya
ngorbanin biru buat aku ? ucap dari Zezha pada Jingga yang tepat berada
disamping Biru.”
“Jingga yang merasa
sangat menyayangi Biru begitu takut untuk melepaskan, karena orang yang sangat
disayangi akan pergi demi orang lain, yaitu Zha sahabatnya sendiri.” “Bagaimana
dengan ku ? aku bimbang aku takut, apa mungkin aku akan kehilangan salah satu
dari mereka, aku tak bisa, aku tak bisa !!!”
Esok hari, jingga
masuk kesekolah dengan merasa berbeda, karena dihari itu Jingga tidak ada
melihat Biru disekolah, Jingga sempat khawatir “kenapa Biru absen kesekolah,
apa mungkin dia sakit, telat bangun, atau Biru pergi ?” hati Jingga sudah tak
karuan memikirkan Biru, kemana dia tidak ada kabar sepulang kemarin dari rumah sakit menjenguk Zha. Setelah
itu, Sepulang sekolah Jingga langsung menjenguk Zha dirumah sakit, sambil
membawa buah dengan yakin nya Jingga menuju kamar inap Zha, tetapi sayang
sesampai Jingga diruang inap Zha, Jingga melihat Biru dengan zha berdua di
kamar inap tersebut, Jingga yang awalnya yakin membawa buah untuk Zha, kini
mulai lemah ketika melihat Biru dan Zha bermesraan sambil Biru menyuapi Zha
makan, ucap Jingga, “selama pacaran denganku Biru tidak pernah seperhatian itu
kepadaku, tapi kenapa dengan Zha Biru lebih bahagia ? dia rela absen sekolah
demi jagain Zha, padahal Zha bukan siapa-siapanya ! Biruuu,,, apaa kamuuu ???”
Jingga berjalan
pelan menghampiri mereka, jingga mulai berucap, “selamat siangggg,,” dengan
wajah riangnya sambil menutupi rasa sakit yang mendalam, “Siangggg Jinggaa,”
ucap Zha, wajah Biru merah seketika melihat Jingga ada didekatnya tanpa
sepengetahuan awalnya, “Jingga, kamu ngapain disini” tutur Biru. “Lo, kok nanya
aku, harusnya aku dong yang nanya kamu, kenapa kamu yang ada disini ?” “ohhhh…Biru
hari ini seharian jaga aku disini, bahkan tadi malam dia jagain aku, sampai gak
pulang sampai sekarang Cuma mau nemenin aku disini” lontar Zezha. “Hah ? jadi
Biru dari tadi malam disini, gak pulang sama sekali, bahkan kasih kabar
sedikitpun ke aku, kalo kamu jagain Zha” Ucap Jingga. “Maafin aku Jingga aku
lupa bilang sama kamu, maaf yaa J ucapkan Biru.” “Hah segampang itu kamu bilang maaf ke aku, aku
khawatir kenapa kamu gak masuk sekolah, rasa itu terus membayangi aku, aku
takut kamu kenapa-kenapa, tapi kamu dengan gampangnya bilang kalo kamu lupaa..
tega kamu, kamu tegaa !!!” “baik sekarang aku minta kita bicara berdua, ada
yang mau aku bicarain dengan kamu” kata Jingga.
“Biru, aku boleh
Tanya sama kamu ?” ucap Jingga. “Boleh” kata Biru “ada apa ?” “kenapa kamu
sekarang lebih berubah, kamu sering gak ngasih kabar sama aku, kamu lebih utamain
Zha dibanding aku, apa kamu udah gak ada perasaan lagi dengan aku, atau kamu
udah jatuh cinta sama Zha” kata Jingga. “Maaf kan aku, iya, Iya, aku memang lebih
suka dengan Zha karena menurut aku dia lebih baik buat aku, biarpun dia tidak
sempurna, dengan adanya aku mungkin dia akan sempurna” lontarnya Biru. Jingga
menyahut, “Kamu yakin dengan ucapan mu itu ?” “aku sudah berfikir matang untuk
memilih, dan aku yakin aku gak akan nyesel udah ambil keputusan ini” Ucapnya
Biru. “Kamu yakin ? Baik, oke, aku mau ko ngalah demi zha, aku gak mau orang
yang aku sayang bakalan pergi menjadi seseorang yang penasaran sama orang yang
disukainya, jadi aku gak bakalan lagi kok gangguin kalian berdua, dan semoga
hubungan kalian berjalan dengan lancar, langgeng, dan berjalan kejenjang yang
lebih lagi, tapi satu yang aku mohon jangan pernah kamu nyesel dengan ucapan mu
itu, aku pergi, masih banyak tugas yang perlu aku selesain terutama pengambilan
surat pemindahan sekolahku.. terima kasih sudah buat aku senang selama ini,”
ucap Jingga sambil meneteskan air mata.
Biru yang merasa
yakin dengan keputusan nya, langsung bicara dengan Zezha, kalau dia sudah putus
dengan Jingga, dia juga bilang kalo Jingga akan pindah sekolah. Dan dengan
terkejutnya, Zha langsung menanggapi dengan bahagianya, apa? “Kamu yang bener?
Jingga udah pindah sekolah ? wahhh asikk dongg” ( sambil berlari-lari didalam ruang
sakitnya ). Biru bingung, “lo kok kamu seneng sih Jingga pindah sekolah.” Ucap
Zha, “yaa seneng ajaa, akhirnya udah gak ada lagi penggangu dalam hidup aku.” “Maksud
kamu” kata Biru. “Aku benci dia udah lamaaa bangett,, karena apa, karena dia
itu ambil kamu dari aku, aku itu suka sama kamu udah dari SMP, tapi nyatanya
waktu itu kamu malah sukanya sama Jingga, tentu dong aku sakit banget, makanya
aku jadiin dia sahabat buat aku yaaaa. Biar bisa deket sama kamuu…… kamu mau
kan jadi pacar aku, jadi pendamping aku selama akhir-akir hidup aku ini ?” “husss
kamu kenapa bilang begitu gak boleh, aku mau ko jadi pacar kamu, ohiya tapi ada
syaratnya looo..” kata biru,,.. “apaa syaratnya, kok pake syarat-syarat sih
cintanyaa L” kata Zha.. “syaratnya kamu gak boleh nyerah melawan penyakit
kamu, kamu mau kan.” Ucap Biru. “Yahhh kalo itu sih gampang kalo kamu ada
disamping aku, aku pasti gak bakalan inget-inget masalah penyakit dehhh” tutur
Zha.. (mereka begitu senangnya dengan menyatukan perasaan, sedangkan Jingga, dia
harus mengalah demi orang-orang yang disayanginya agar bahagia, padahal dia
sangat terluka).
“Jingga apa kamu
yakin pindah dari sekolah ini ?” Tanya kepala sekolah Jingga, “iya pak saya
yakin, ini sudah keputusan saya, saya akan melanjutkan sekolah saya ke Bandung”
Jawab Jingga. “Apa ada alasan lain yang membuat kamu mengundurkan diri dari
sekolah ini,” Tanya kepala sekolah sekali lagi. “Tidak ada, saya hanya ingin
temenin nenek saya yang ada dibandung, sekalian saya mau ngumpul sama kaka saya
yang sekolah disana pak,” jawab jingga lagi. Kata kepala sekolah “baik, bapak
bisa maklumi itu, ini surat pindah kamu, semoga kamu bersekolah disana bisa
menjadi lebih baik, dan tuntut ilmu kamu setingi-tingginya Jingga, kamu sangat
berjasa disekolah ini, bapak turut berterima kasih. “ “Iya pak sama-sama, saya
juga berterima kasih sama bapak, kalau saya ada salah khilaf mohon dimaafkan
pak, nanti dilain waktu saya pasti datang lagi kesekolah ini untuk menengok
guru-guru yang sudah buat saya sampai seperti ini sekali lagi terima kasih ya
pak…”
Dalam perjalanan
kedepan sekolah Jingga bertemu Zha dan Biru yang sedang beeduaan ditaman, yaa,
dengan yakin nya jingga bilang kalo dia akan segera pindah ke Bandung, dan dia
minta doa agar dia selamat tujuan, tapi apa jawab dari Zha, “oh gitu ya, iya
hati-hati, yukk sayang kita pergi, aku gak nafsu lama-lama ada ditaman ini”
ucap Zha dengan Biru, Biru yang meninggal mata, sampai tertengok-tengok melihat
wajah jingga yang marut, ikut berduka atas pindahnya Jingga kesekolah barunya.
Tapiii.. dibalik dia pergi kebandung bukan untuk menuntut
ilmu tapi dia kebandung untuk berobat atas penyakit nya, Jingga terserang
penyakit leukemia (kanker darah) stadium akhir. Sebenarnya Dalam penyakitnya
hanya ayah ibu dan kakaknya yang mengetahui masalah ini, Biru dan Zha tidak
tau, Jingga sengaja merahasiakan semuanya dari mereka, karena Jingga takut
mereka akan tinggalin Jingga sendiri, dan kenapa pula Jingga mau mengalah untuk
melepaskan Biru untuk Zha, karena Jingga tau yang lebih dulu menghadap maut
adalah dia, untuk itu Jingga mengalah,
agar Biru bisa sedikit demi sedikit menaruh cinta dengan Zha. Jingga merasa
hidupnya udah tidak lama lagi, minggu depan badan nya akan bersentuhan dengan
Bedah, dan kata Jingga itu sakit bangett, karena ini kali ketiganya dia
operasi, dulu waktu Jingga operasi pertama dan kedua Jingga ijin disekolah
karena mau keluar kota, padahal Jingga melawan maut, demi hidupnya, betapa
lembutnya hati Jingga mengalah demi orang lain padahal dirinya lebih sakit dari
seseorang itu, Jingga lebih memerlukan Biru dari pada Zha, Biru harusnya
memilih Jingga yang sudah lelah melawan maut demi bisa menjaga hati buat Biru,
harusnya Biru menyoport Jingga lebih dulu dari pada Zha, tapi apaa, Jingga
menjawab dihati, “aku gak mau Zha sepertiku, aku gak mau Zha sampai tersentuh
bahan bedah itu sakit, aku gak mau lihat orang yang aku sangat sayangi
merasakan yang terlalu sakit, cukup aku yang merasakan, cukup aku yang
menderita,” jawab Jingga.
Hari operasi telah
tiba, sebelum operasi Jingga bertitip surat untuk Biru, yang dibuatnya 3 hari
yang lalu, surat itu dititipkan lewat ibunya, dan Jingga minta “sampaikan surat
itu kepada biru, dan satu lagi, aku mau meminta maaf kepada orang-orang yang
pernah dekat dengan ku,, saat aku ada salah yang disengaja ataupun yang tidak
disengaja.”
Seperempat, separuh,
hingga seluruh badan jingga sudah menghadap dengan ruang operasi, bahan2 bedah
mulai menyentuh kebadan Jingga, dan itu Jingga pasti menjerit kesakitan, namun
sayang dan sangat disayangkan akhirnya Jingga tidak bisa melawan mautnya,
jingga pergi untuk selamanya, orang yang selama ini sangat berwibawa, sangat
baik, bijaksana, murah hati, berkorban demi orang-orang yang disampingnya,
akhirnya dia pergi, jingga pergi, pergi untuk selamanya.
Pesanku : “Jangan pernah
meninggalkan orang yang kamu sayang demi orang yang kamu suka, karena suatu
saat nanti orang yang kamu suka akan pergi meninggalkanmu demi orang yang dia
sayang.”