A. DEFENISI
Rabies (penyakit anjing gila)
adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang
susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis
artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan
menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%.
Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi da disebarkan
melalui luka gigitan atau jilatan.
B. ETIOLOGI
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk
dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru
atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan
melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid
dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian
luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang
jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat
kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian
tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada
permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500
buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang
tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9
nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar
ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus
dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600
C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried)
atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa tahun.
Ket: Virus rabies dengan bentuk
seperti peluru yang dikelilingi oleh paku-paku glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun
dari nukleoprotein, phosphorylatedatau phosphoprotein dan polimerase. Diagram
melintang ini menunjukkan lapisankonsentrik yaitu amplop dengan membrane ganda,
protein m dan digulung dalamRNA.
C. PENYEBAB
Penyakit ini
disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi.
Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan
dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk
lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan
disekitrnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf
posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak ,
virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian
neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem
limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam
neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam serabut
saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hamper
tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan
yang bias menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber
dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber
penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies
pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan
sekarang di Indonesia kasus rabie ini mulai muncul dan sudah banyak memakan
korban. Ini disebabkan kareni tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi
untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau
rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas,
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi
kelumpuhan local atau kalumpuhan total.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN
a. Virus di air liur (saliva) pengigit : hewan yang positif Rabies belum tentu menularkan Rabies melalui gigitan karena hanya 50 sampai 90% dari hewan yang mati karena rabies mengandung virus Rabies dalam salivanya.
b. Kepekaan species hewan : adalah suatu kenyataan bahwa satu species akan lebih tahan terhadap Rabies daripada species lainnya. Faktor yang mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi Rabies adalah umur hewan, cara infeksi dan sifat virus.
c. Tempat gigitan : bila orang atau hewan tergigit di tangan (kaki depan), kepala atau leher maka ia akan mudah dan/atau lebih cepat terkena rabies. Hal ini terjadi bukan karena jauh atau dekatnya tempat gigitan tersebut dengan susunan syaraf pusat (CNS), tetapi karena lebih banyaknya jumlah syaraf perifer yang ada di bagian-bagian tersebut sehingga memudahkan penyebaran virus karena sifat neurotropik dari virus Rabies.
d. Pengobatan anti Rabies : hewan atau orang yang mendapatkan pengobatan antirabies, baik untuk pencegahan atau untuk pengobatan dengan serum akan menjadi lebih resisten terhadap infeksi.
a. Virus di air liur (saliva) pengigit : hewan yang positif Rabies belum tentu menularkan Rabies melalui gigitan karena hanya 50 sampai 90% dari hewan yang mati karena rabies mengandung virus Rabies dalam salivanya.
b. Kepekaan species hewan : adalah suatu kenyataan bahwa satu species akan lebih tahan terhadap Rabies daripada species lainnya. Faktor yang mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi Rabies adalah umur hewan, cara infeksi dan sifat virus.
c. Tempat gigitan : bila orang atau hewan tergigit di tangan (kaki depan), kepala atau leher maka ia akan mudah dan/atau lebih cepat terkena rabies. Hal ini terjadi bukan karena jauh atau dekatnya tempat gigitan tersebut dengan susunan syaraf pusat (CNS), tetapi karena lebih banyaknya jumlah syaraf perifer yang ada di bagian-bagian tersebut sehingga memudahkan penyebaran virus karena sifat neurotropik dari virus Rabies.
d. Pengobatan anti Rabies : hewan atau orang yang mendapatkan pengobatan antirabies, baik untuk pencegahan atau untuk pengobatan dengan serum akan menjadi lebih resisten terhadap infeksi.
E . GEJALA KLINIS
1.
Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga
stadium :
a)
Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala
klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat
adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari
tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil
melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa,
mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini
perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.
b)
Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama
daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari.
Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi.
Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah
dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut
melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan
tampak ketakutan.
c) Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung
secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan
langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara
parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.
F.
TANDA-TANDA PENYAKIT RABIES PADA HEWAN
Gejala
penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
o Bentuk
ganas (Furious Rabies)
Masa
eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda
terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Hewan
menjadi penakut atau menjadi galak
Senang
bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat
menjadi agresif
Tidak
menurut perintah majikannya
Nafsu
makan hilang
Air liur
meleleh tak terkendali
Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda
asing seperti batu, kayu dsb.
Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
Kejang-kejang
disusul dengan kelumpuhan
Ekor
diantara 2 (dua)paha
o Bentuk
diam (Dumb Rabies)
Masa
eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
Lumpuh,
tidak dapat menelan, mulut terbuka
Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
Mati
o Bentuk
Asystomatis
Hewan
tidak menunjukan gejala sakit
Hewan
tiba-tiba mati
2.
Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
a)
Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus
menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual,
sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah
dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
b)
Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai
kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan
reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.
c)
Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik
menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa
haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras.
Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung,
gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin
hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh
gemetar atau kaku kejang.
d)
Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal
dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa
gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat
progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.
v Gejala Rabies
Gejala
biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa
inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita,
rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh
tubuh. Tetapi penyakit
ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan,
tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang
tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot
tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang
ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses
menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa
menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum.
Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia
(takut air).
Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang
telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat
terlambat mendapat pertolongan, yaitu :
a.
Keluar keringat yang deras
b. Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan
sakit
c.
Sesak nafas
v
Identifikasi
Suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise, perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.
Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi.
Suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise, perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.
Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi.
v
Agen penular
Rabies disebabkan oleh virus
rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Semua anggota
genus ini mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal
dan nucleotide sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung
spesies binatang atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang
mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang
menyebabkan kesakitan pada manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal.
Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa
spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia dan telah menyebabkan dua
kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti rabies. Virus ini untuk
sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”. Virus ini mirip dengan
virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik. Sebagian penderita
penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan teknik
pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
kejadian
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
kejadian
Tersebar di seluruh dunia, dengan
perkiraan 35.000 – 40.000 kematian per tahun, hampir semuanya terjadi di negara
berkembang. Dari tahun 1980 sampai dengan 1997, di Amerika Serikat, 36 kematian
pada manusia oleh karena rabies telah dilaporkan; 12 diantaranya kemungkinan
didapat di luar Amerika Serikat. Dari mereka yang diduga terinfeksi di Amerika
Serikat, lebih dari separuh meninggal karena rabies yang dikaitkan dengan
kelelawar. Sejak tahun 1950 kematian manusia karena rabies secara bertahap
menurun, sebagai hasil dari pemberian imunisasi rabies secara rutin kepada
anjing dan kucing dan meningkatnya efektivitas pengobatan prophylaxis pasca
paparan. Rabies adalah penyakit yang terutama menyerang binatang. Daerah dengan
populasi binatang yang saat ini bebas dari rabies hanyalah Australia, New
Zaeland, Papua Nugini, Jepang, Hawaii, Taiwan, Oceania, United Kingdom, Irlandia,
Iceland, Norwegia, Swedia, Finlandia, Portugal, Yunani, India bagian Barat dan
Kepulauan Atlantik. Urban (atau Canine) rabies ditularkan oleh anjing,
sedangkan sylvatic rabies adalah penyakit carnivora liar dan kelelawar, yang
menular secara sporadis kepada anjing, kucing dan ternak.
Di Eropa, rabies rubah menyebar luas, namun telah menurun sejak tahun 1978 pada saat imunisasi dengan vaksin rabies oral dimulai; Di Eropa Barat, jumlah kasus rabies menurun drastis sejak tahun 1992, kecuali rabies pada kelelawar. Sejak tahun 1986 kasus rabies kelelawar telah dilaorkan dari Denmark, Belanda dan Jerman Barat. Di Amerika Serikat dan Kanada rabies liar sering melibatkan racoon, musang (skunk), rubah, coyotes dan kelelawar. Telah terjadi epizootik progresif diantara racoon di Amerika Serikat bagian Tenggara sejak lebih dari satu dekade dan sekarang telah mencapai New Enland, dan saat ini diantara coyotes dan anjing di Texas Selatan telah terjadi penyebaran virus ke binatang domestik dan umumnya adalah kepada kucing. Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika Selatan) juga merupakan vektor penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih seringdaripada rabies anjing; sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.
Di Eropa, rabies rubah menyebar luas, namun telah menurun sejak tahun 1978 pada saat imunisasi dengan vaksin rabies oral dimulai; Di Eropa Barat, jumlah kasus rabies menurun drastis sejak tahun 1992, kecuali rabies pada kelelawar. Sejak tahun 1986 kasus rabies kelelawar telah dilaorkan dari Denmark, Belanda dan Jerman Barat. Di Amerika Serikat dan Kanada rabies liar sering melibatkan racoon, musang (skunk), rubah, coyotes dan kelelawar. Telah terjadi epizootik progresif diantara racoon di Amerika Serikat bagian Tenggara sejak lebih dari satu dekade dan sekarang telah mencapai New Enland, dan saat ini diantara coyotes dan anjing di Texas Selatan telah terjadi penyebaran virus ke binatang domestik dan umumnya adalah kepada kucing. Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika Selatan) juga merupakan vektor penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih seringdaripada rabies anjing; sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.
Dilaporkan oleh WHO, setiap tahunnya kurang lebih ditemukan 40.000 kasus. Di Columbia hampir 2% penderita yang di otopsi menggambarkan suatu rabies. Di Amerika Serikat lebih dari 25 orang pertahun pada tahun 1940an tapi sejak tahun 1960 terdapat penurunan yakni hanya 6 orang pertahun. Di Amerika Serikat, pria lebih banyak dari wanita (1-4,6) pada penelitian ini ditemukan pria lebih banyak daripada wanita yakni pria sebanyak 4 orang (80 %) dan wanita hanya 1 orang (20%). Dengan kelompok umur terbanyak antara 61-70 tahun pada 2 orang (40%), 31-40 tahun pada 1 orang. (20%).
Kasus gigitan hewan penular rabies yang tahun 2009 tercatat 21.806 kasus, selama 2010 sampai 7 Oktober lalu melonjak menjadi 43.174 kasus. Adapun korban meninggal melonjak dari 28 orang pada tahun 2009 menjadi di atas 70 orang selama 2010.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.
Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies.
Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.
Reservoir
Sebagai reservoir adalah berbagai Canidae domestic dan liar, seperti anjing, serigala, coyote, rubah, dan mamalia menggigit lainnya. Kelelawar frugivorous (pemakan buah) dan insectivorous (pemakan serangga) ditemukan di Amerika Serikat dan Kanada bahkan Eropa. Di Negara berkembang Anjing tetap menjadi reservoir utama.
2.6 Cara penularan
Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi, umumnya penularan melalui gigitan. Sedangkan penularan rabies dari manusia ke manusia sampai saat ini belum ada bukti maupun penelitian yang dapat membuktikannya, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa rabies dapat ditularkan dari orang ke orang namun pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan
Kerentanan dan ketahanan
Semua hewan yang berdarah pans adalah hewan rentan dan ketahanan manusia tergantung dari daya tahan tubuh yang dimiliki. Semua mamalia rentan terhadap rabies dengan berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi oleh strain virus. Manusia paling resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan banyak spesies binatang, hanya sekitar 40% dari orang Iran yang dipastikan digigit binatang yang menderita rabies berkembang menjadi sakit.
G. PATOFISIOLOGI
virus
rabies masuk kedalam tubuh melalui luka atau kontak langsung dengan selaput
mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebasar 50:1. Virus rabies tidak bisa
menemus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan
ikat pada tempat inokolasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan
neuromuskuler. Setelah virus menempel pada reseptor nikotinik asetilkolin
lalu virus menyebar secara sentripetal melalui serabut saraf motorik dan juga
serabut saraf sensorik tipe cepat dengan kecepatan 50 sampai 100mm per hari.
Setelah melewati medulla spinalis, virus bereplikasi pada motor neuron dan
ganglion sensoris, akhirnya mencapai otak. Kolkisin dapat menghambat secara
efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau menempel pada dinding
sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor
asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus
rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukkan ke dalam sel inang. Pada
tahap penetrasi virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan
diri dengan sel inang yang ditempati, terjadilah transkripsi dan translasi
Genom RNA untai direkam oleh polymerase RNA terkait, varion menjadi lima sepsis
mRNA. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan
pembentukan RNA keturunan RNA genomic berhubungan dengan transkriptase virus,
fosfoprotein dan nukleuprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru
mendapat selubung melalui pertusan yang melalui slaput plasma. Protein matriks
virus membentuk lapisa pada sisi dalam seubung. Sementara glikoprotein virus
berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap,
sel virus tadi menyatuh diri kembali dan membentuk virus baru yang menginfeksi
inang yang lainnya, kemudian melanjutkan
diri bergerak secara sentripetal sebagai sub viral, tanpa
nukleoplasmid menuju jaringan otak.
Setelah melewati medulla spinalis virus akan menginfeksi tegmentum batang otak
dan nukleus selebralis batang otak selanjutanya virus akan menyebar ke sel
purkinya selebrum, diencephalon, basal ganglia dan akhirnya menunju hipokampus
terjadi lebih lambat dengan girus dentatus yang relatif tidak terinfeksi.
Virus rabies tidak bias menginfeksi sel granuler pada girusdentatus yang
sebagian besar mengandung reseptor AMPA dan Kinate
Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan
memperbanyak diri dan menyebar kedalam semua bagian neuron, terutama
mempunyai predileksi khususterhadap sel-sel
sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenaisystem limbik
dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi. Akibat dari
pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbic ini, pasien akan mengigit
mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri dalam
neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut aferen
dan pada serabut saraf volunteer maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat
menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam
jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multiorgan
melalui neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis yang
bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ
lain. Replikasi di luar saraf terjadi pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan
kornea. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasi bergantung pada latar
belakang genetic inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus
pada sel inag, jumlah nokulen, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh
virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan sarf pusat. Gambaran yang
paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas
terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besa. Masa Inkubasi
Masa
inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau
lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus
rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah
dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien,
latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan
jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf
pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya
pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi
kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di
kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.
H. EPIDEMIOLOGI
1. Berdasarkan Orang
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang
dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya
50.000 orang meninggal karena rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya
tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.
2.
Berdasarkan Tempat
Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi
pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat
di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang
menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa
mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing
gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini
masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera
Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau
Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah
Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
3.
Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.
I.
PENANGANAN
1.
Pencegahan
Strategi
biaya yang paling efektif untuk mencegah rabies pada orang adalah dengan
menghilangkan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Vaksinasi hewan (kebanyakan
anjing) telah mengurangi jumlah manusia (dan hewan) kasus rabies di beberapa negara,
khususnya di Amerika Latin. Namun, kenaikan terbaru dalam kematian rabies pada
manusia di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan bahwa
rabies adalah ulang muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Mencegah
rabies pada manusia melalui kontrol rabies anjing piaraan adalah tujuan yang
realistis bagi sebagian besar Afrika dan Asia, dan dibenarkan finansial dengan
tabungan masa depan penghentian profilaksis pasca pajanan bagi orang-orang. Kasus zoonosis yaitu penyakit
menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan pencegahannya ditujukan
pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin diberikan kepada orang-orang
yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter hewan, pawang binatang,
peneliti khusus hewan dan lainnya.
2.
Pengobatan
Pada hewan tidak ada pengobatan
yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan
mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur,
pemberian VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP)
J. PENANGGULANGAN
Tindakan Penanganan Kasus Gigitan
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:
- Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit,
keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70%
2. Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
- Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
- Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies
- Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.
Peraturan
perundang-undangan tentang rabies yakni tahun 1926 pemerintah telah
mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera. Yaitu
Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya
termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies.
K. USAHA PERTOLONGAN PERTAMA RABIES
Menurut
Depkes (2000), setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani
dengan cepat dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies
yang masuk pada luka gigitan. Pengobatan luka gigitan meliputi:
Pertolongan pertama: Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Pertolongan pertama: Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Berdasarkan
rekomendasi dari WHO pengobatan luka secara khusus sebagai berikut:
1.
Lakukan pencucian seperti di atas
2.
Semprotkan serum anti rabies ke dalam luka dan infiltrasikan serum tersebut di
sekitar luka.
3. Luka
jangan segera dijahit, tapi jika perlu luka jahitan lakukanlah infiltrasi
dengan serum anti rabies di sekitar luka.
4.
Berikan pencegahan terhadap tetanus bila ada indikasi dan antibiotika untuk
mencegah infeksi sekunder dengan kuman.
L. MASA INKUBASI
L. Masa
inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau
lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus
rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah
dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien,
latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan
jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf
pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya
pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi
kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di
kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.
\
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PENYAKIT VARICELLA
DISUSUN OLEH :
NOOR LIANY INTAN SARI
XIA
YAYASAN BORNEO LESTARI
SMK KESEHATAN BORNEO LESTARI BANJARBARU
TAHUN AJARAN 2013-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar