Selasa, 12 November 2013

MAKALAH RABIES


A.  DEFENISI
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat. Hewan berdarah panas dan manusia. Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality Rate) 100%. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi da disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.
B.  ETIOLOGI
Virus rabies merupakan virus RNA, termasuk dalam familia Rhabdoviridae, genus Lyssa. Virus berbentuk peluru atau silindris dengan salah satu ujungnya berbentuk kerucut dan pada potongan melintang berbentuk bulat atau elip (lonjong). Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi.
Virus tersusun dari ribonukleokapsid dibagian tengah, memiliki membrane selubung (amplop) dibagian luarnya yang pada permukaannya terdapat tonjoloan (spikes) yang jumlahnya lebih dari 500 buah. Pada membran selubung (amplop) terdapat kandungan lemak yang tinggi. Virus berukuran panjang 180 nm, diameter 75 nm, tonjolan berukuran 9 nm, dan jarak antara spikes 4-5 nm. Virus peka terhadap sinar ultraviolet, zat pelarut lemak, alkohol 70 %,yodium, fenol dan klorofrom. Virus dapat bertahan hidup selama 1 tahun dalam larutan gliserin 50 %. Pada suhu 600 C virus mati dalam waktu 1 jam dan dalam penyimpanan kering beku (freezedried) atau pada suhu 40 C dapat tahan selama bebarapa tahun.
Ket: Virus rabies dengan bentuk seperti peluru yang dikelilingi oleh paku-paku glikoprotein. Glikonukleoproteinnya tersusun dari nukleoprotein, phosphorylatedatau phosphoprotein dan polimerase. Diagram melintang ini menunjukkan lapisankonsentrik yaitu amplop dengan membrane ganda, protein m dan digulung dalamRNA.
C. PENYEBAB
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan. Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2 minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masukdan disekitrnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukan perubahan-perubahan fungsinya. Sesampainya di otak , virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbic, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian bergerak kea rah perifer dalam serabut saraf eferen, volunteer dan otonom. Dengan demikian virus ini menyerang hamper tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak dalam jaringan-jaringab seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Banyak hewan yang bias menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing, hewan yang lainnya juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika, dan Asia bahkan sekarang di Indonesia kasus rabie ini mulai muncul dan sudah banyak memakan korban. Ini disebabkan kareni tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan local atau kalumpuhan total.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENULARAN
a. Virus di air liur (saliva) pengigit : hewan yang positif Rabies belum tentu menularkan Rabies melalui gigitan karena hanya 50 sampai 90% dari hewan yang mati karena rabies mengandung virus Rabies dalam salivanya.
b. Kepekaan species hewan : adalah suatu kenyataan bahwa satu species akan lebih tahan terhadap Rabies daripada species lainnya. Faktor yang mempengaruhi kepekaan hewan terhadap infeksi Rabies adalah umur hewan, cara infeksi dan sifat virus.
c. Tempat gigitan : bila orang atau hewan tergigit di tangan (kaki depan), kepala atau leher maka ia akan mudah dan/atau lebih cepat terkena rabies. Hal ini terjadi bukan karena jauh atau dekatnya tempat gigitan tersebut dengan susunan syaraf pusat (CNS), tetapi karena lebih banyaknya jumlah syaraf perifer yang ada di bagian-bagian tersebut sehingga memudahkan penyebaran virus karena sifat neurotropik dari virus Rabies.
d. Pengobatan anti Rabies : hewan atau orang yang mendapatkan pengobatan antirabies, baik untuk pencegahan atau untuk pengobatan dengan serum akan menjadi lebih resisten terhadap infeksi.
E . GEJALA KLINIS
1.    Pada Hewan
Gejala klinis pada hewan dibagi menjadi tiga stadium :
a)    Stadium Prodromal
Keadaan ini merupakan tahapan awal gejala klinis yang dapat berlangsung antara 2-3 hari. Pada tahap ini akan terlihat adanya perubahan temperamen yang masih ringan. Hewan mulai mencari tempat-tempat yang dingin/gelap, menyendiri, reflek kornea berkurang, pupil melebar dan hewan terlihat acuh terhadap tuannya. Hewan menjadi sangat perasa, mudah terkejut dan cepat berontak bila ada provokasi. Dalam keadaan ini perubahan perilaku mulai diikuti oleh kenaikan suhu badan.
b)      Stadium Eksitasi
Tahap eksitasi berlangsung lebih lama daripada tahap prodromal, bahkan dapat berlangsung selama 3-7 hari. Hewan mulai garang, menyerang hewan lain ataupun manusia yang dijumpai dan hipersalivasi. Dalam keadaan tidak ada provokasi hewan menjadi murung terkesan lelah dan selalu tampak seperti ketakutan. Hewan mengalami fotopobi atau takut melihat sinar sehingga bila ada cahaya akan bereaksi secara berlebihan dan tampak ketakutan.
c)    Stadium Paralisis.
Tahap paralisis ini dapat berlangsung secara singkat, sehingga sulit untuk dikenali atau bahkan tidak terjadi dan langsung berlanjut pada kematian. Hewan mengalami kesulitan menelan, suara parau, sempoyongan, akhirnya lumpuh dan mati.

F. TANDA-TANDA PENYAKIT RABIES PADA HEWAN
Gejala penyakit dikenal dalam 3 bentuk :
o   Bentuk ganas (Furious Rabies)
Masa eksitasi panjang, kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda terlihat.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Hewan menjadi penakut atau menjadi galak
Senang bersembunyi di tempat-tempat yang dingin, gelap dan menyendiri tetapi dapat menjadi agresif
Tidak menurut perintah majikannya
Nafsu makan hilang
Air liur meleleh tak terkendali
Hewan akan menyerang benda yang ada disekitarnya dan memakan barang, benda-benda asing seperti batu, kayu dsb.
Menyerang dan menggigit barabg bergerak apa saja yang dijumpai
Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
Ekor diantara 2 (dua)paha
o   Bentuk diam (Dumb Rabies)
Masa eksitasi pendek, paralisa cepat terjadi.
Tanda-tanda yang sering terlihat :
Bersembunyi di tempat yang gelap dan sejuk
Kejang-kejang berlangsung sangat singkat, bahkan sering tidak terlihat
Lumpuh, tidak dapat menelan, mulut terbuka
Air liur keluar terus menerus (berlebihan)
Mati
o   Bentuk Asystomatis
Hewan tidak menunjukan gejala sakit
Hewan tiba-tiba mati

2.    Pada Manusia
Gejala klinis pada manusia dibagi menjadi empat stadium.
a)    Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah, demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari.
b)    Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan terhadap ransangan sensoris.
c)    Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak beraturan. Kebingungan menjadi semakin hebat dan berkembang menjadi argresif, halusinasi, dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
d)    Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi. Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang memperlihatkan gejala paresis otot-otot pernafasan.

v Gejala Rabies
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya sangat bervariasi dari 10 hari sampai 1 tahun. Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan, dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur. Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan pada daerah otot yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Pada salah satu sumber menyebutkan beberapa ciri-ciri dari korban yang telah terinfeksi virus rabies diamana korban tersebut akhirnya meninggal akibat terlambat mendapat pertolongan, yaitu :
a.       Keluar keringat yang deras
b.      Dada sakit seperti tertusuk-tusuk dan sakit
c.       Sesak nafas
v Identifikasi
Suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise, perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.
Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi.

v Agen penular
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”. Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik. Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi  Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

kejadian
Tersebar di seluruh dunia, dengan perkiraan 35.000 – 40.000 kematian per tahun, hampir semuanya terjadi di negara berkembang. Dari tahun 1980 sampai dengan 1997, di Amerika Serikat, 36 kematian pada manusia oleh karena rabies telah dilaporkan; 12 diantaranya kemungkinan didapat di luar Amerika Serikat. Dari mereka yang diduga terinfeksi di Amerika Serikat, lebih dari separuh meninggal karena rabies yang dikaitkan dengan kelelawar. Sejak tahun 1950 kematian manusia karena rabies secara bertahap menurun, sebagai hasil dari pemberian imunisasi rabies secara rutin kepada anjing dan kucing dan meningkatnya efektivitas pengobatan prophylaxis pasca paparan. Rabies adalah penyakit yang terutama menyerang binatang. Daerah dengan populasi binatang yang saat ini bebas dari rabies hanyalah Australia, New Zaeland, Papua Nugini, Jepang, Hawaii, Taiwan, Oceania, United Kingdom, Irlandia, Iceland, Norwegia, Swedia, Finlandia, Portugal, Yunani, India bagian Barat dan Kepulauan Atlantik. Urban (atau Canine) rabies ditularkan oleh anjing, sedangkan sylvatic rabies adalah penyakit carnivora liar dan kelelawar, yang menular secara sporadis kepada anjing, kucing dan ternak.
Di Eropa, rabies rubah menyebar luas, namun telah menurun sejak tahun 1978 pada saat imunisasi dengan vaksin rabies oral dimulai; Di Eropa Barat, jumlah kasus rabies menurun drastis sejak tahun 1992, kecuali rabies pada kelelawar. Sejak tahun 1986 kasus rabies kelelawar telah dilaorkan dari Denmark, Belanda dan Jerman Barat. Di Amerika Serikat dan Kanada rabies liar sering melibatkan racoon, musang (skunk), rubah, coyotes dan kelelawar. Telah terjadi epizootik progresif diantara racoon di Amerika Serikat bagian Tenggara sejak lebih dari satu dekade dan sekarang telah mencapai New Enland, dan saat ini diantara coyotes dan anjing di Texas Selatan telah terjadi penyebaran virus ke binatang domestik dan umumnya adalah kepada kucing. Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika Selatan) juga merupakan vektor  penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih seringdaripada rabies anjing; sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.

     Dilaporkan oleh WHO, setiap tahunnya kurang lebih ditemukan 40.000 kasus. Di Columbia hampir 2% penderita yang di otopsi menggambarkan suatu rabies. Di Amerika Serikat lebih dari 25 orang pertahun pada tahun 1940an tapi sejak tahun 1960 terdapat penurunan yakni hanya 6 orang pertahun. Di Amerika Serikat, pria lebih banyak dari wanita (1-4,6) pada penelitian ini ditemukan pria lebih banyak daripada wanita yakni pria sebanyak 4 orang (80 %) dan wanita hanya 1 orang (20%). Dengan kelompok umur terbanyak antara 61-70 tahun pada 2 orang (40%), 31-40 tahun pada 1 orang. (20%).

Kasus gigitan hewan penular rabies yang tahun 2009 tercatat 21.806 kasus, selama 2010 sampai 7 Oktober lalu melonjak menjadi 43.174 kasus. Adapun korban meninggal melonjak dari 28 orang pada tahun 2009 menjadi di atas 70 orang selama 2010.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.

Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies.
Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.

   Reservoir

Sebagai reservoir adalah berbagai Canidae domestic dan liar, seperti anjing, serigala, coyote, rubah, dan mamalia menggigit lainnya. Kelelawar frugivorous (pemakan buah) dan insectivorous (pemakan serangga) ditemukan di Amerika Serikat dan Kanada bahkan Eropa. Di Negara berkembang Anjing tetap menjadi reservoir utama.

2.6    Cara penularan

Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi, umumnya penularan melalui gigitan. Sedangkan penularan rabies dari manusia ke manusia sampai saat ini belum ada bukti maupun penelitian yang dapat membuktikannya, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa rabies dapat ditularkan dari orang ke orang namun pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan

Kerentanan dan ketahanan

    Semua  hewan yang berdarah pans adalah hewan rentan dan ketahanan manusia tergantung dari daya tahan tubuh yang dimiliki. Semua mamalia rentan terhadap rabies dengan berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi oleh strain virus. Manusia paling resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan banyak spesies binatang, hanya sekitar 40% dari orang Iran yang dipastikan digigit binatang yang menderita rabies berkembang menjadi sakit.

G. PATOFISIOLOGI
virus rabies masuk kedalam tubuh melalui luka atau kontak langsung dengan selaput mukosa dengan rasio gigitan dan cakaran sebasar 50:1. Virus rabies tidak bisa menemus kulit yang utuh. Virus rabies membelah diri dalam otot atau jaringan ikat pada tempat inokolasi dan kemudian memasuki saraf tepi pada sambungan neuromuskuler.  Setelah virus menempel pada reseptor nikotinik asetilkolin lalu virus menyebar secara sentripetal melalui serabut saraf motorik dan juga serabut saraf sensorik tipe cepat dengan kecepatan 50 sampai 100mm per hari. Setelah melewati medulla spinalis, virus bereplikasi pada motor neuron dan ganglion sensoris, akhirnya mencapai otak. Kolkisin dapat menghambat secara efektif transport akson tipe cepat tersebut. Virus melekat atau menempel pada dinding sel inang. Virus rabies melekat pada sel melalui duri glikoproteinnya, reseptor asetilkolin nikotinat dapat bertindak sebagai reseptor seluler untuk virus rabies. Kemudian secara endositosis virus dimasukkan ke dalam sel inang. Pada tahap penetrasi virus telah masuk kedalam sel inang dan melakukan penyatuan diri dengan sel inang yang ditempati, terjadilah transkripsi dan translasi
            Genom RNA untai direkam oleh polymerase RNA terkait, varion menjadi lima sepsis mRNA. Genom ini merupakan cetakan untuk perantara replikatif yang menimbulkan pembentukan RNA keturunan RNA genomic berhubungan dengan transkriptase virus, fosfoprotein dan nukleuprotein. Setelah enkapsidasi, partikel berbentuk peluru mendapat selubung melalui pertusan yang melalui slaput plasma. Protein matriks virus membentuk lapisa pada sisi dalam seubung. Sementara glikoprotein virus berada pada selaput luar dan membentuk duri. Setelah bagian-bagian sel lengkap, sel virus tadi menyatuh diri kembali dan membentuk virus baru yang menginfeksi inang yang lainnya, kemudian melanjutkan diri bergerak secara sentripetal sebagai sub viral, tanpa nukleoplasmid menuju jaringan otak.
          Setelah melewati medulla spinalis virus akan menginfeksi tegmentum batang otak dan nukleus selebralis batang otak selanjutanya virus akan menyebar ke sel purkinya selebrum, diencephalon, basal ganglia dan akhirnya menunju hipokampus terjadi lebih lambat dengan girus dentatus yang relatif tidak terinfeksi.  Virus rabies tidak bias menginfeksi sel granuler pada girusdentatus yang sebagian besar mengandung reseptor AMPA dan Kinate
Jika virus telah mencapai otak, maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar kedalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khususterhadap sel-sel sistim limbik, hipotalamus, dan batang otak. Khusus mengenaisystem limbik dimana berfungsi erat dengan pengontrolan dan kepekaan emosi. Akibat dari pengaruh infeksi sel-sel dalam sistem limbic ini, pasien akan mengigit mangsanya tanpa ada provokasi dari luar. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral virus kemudian bergerak ke perifer dalam serabut aferen dan pada serabut saraf volunteer maupun otonom. Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti kelenjar ludah. Virus rabies menyebar menuju multiorgan melalui neuron otonom dan sensorik terutama melibatkan jalur parasimpatis yang bertanggung jawab atas infeksi pada kelenjar ludah, kulit, jantung, dan organ lain. Replikasi di luar saraf terjadi pada kelenjar ludah, lemak coklat, dan kornea. Kepekaan terhadap infeksi dan masa inkubasi bergantung pada latar belakang genetic inang, strain virus yang terlibat, konsentrasi reseptor virus pada sel inag, jumlah nokulen, beratnya laserasi, dan jarak yang harus ditempuh virus untuk bergerak dari titik masuk ke susunan sarf pusat. Gambaran yang paling menonjol dalam infeksi rabies adalah terdapatnya badan negri yang khas terdapat dalam sitoplasma sel ganglion besa. Masa Inkubasi
Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.
H.  EPIDEMIOLOGI
1.    Berdasarkan Orang
Rabies telah menyebabkan kematian pada orang dalam jumlah yang cukup banyak. Tahun 2000, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat sekurang-kurangnya 50.000 orang meninggal karena rabies, kepekaan terhadap rabies kelihatannya tidak berkaitan dengan usia, seks atau ras.
2.    Berdasarkan Tempat
Di Amerika Serikat rabies terutama terjadi pada musang, raccoon, serigala dan kelelawar. Rabies serigala terdapat di Kanada, Alaska dan New York. Kelelawar penghisap darah (vampir), yang menggigit ternak merupakan bagian penting siklus rabies di Amerika latin. Eropa mempunyai rabies serigala, di Asia dan Afrika masalah utamanya adalah anjing gila.
Beberapa daerah di Indonesia yang saat ini masih tertular rabies sebanyak 16 propinsi, meliputi Pulau Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur) dan Pulau Flores. Kasus terakhir yang terjadi adalah Propinsi Maluku (Kota Ambon dan Pulau Seram).
3.    Berdasarkan Waktu
Rabies bisa terjadi disetiap musim atau iklim.
I.     PENANGANAN
1.    Pencegahan
Strategi biaya yang paling efektif untuk mencegah rabies pada orang adalah dengan menghilangkan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Vaksinasi hewan (kebanyakan anjing) telah mengurangi jumlah manusia (dan hewan) kasus rabies di beberapa negara, khususnya di Amerika Latin. Namun, kenaikan terbaru dalam kematian rabies pada manusia di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan bahwa rabies adalah ulang muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Mencegah rabies pada manusia melalui kontrol rabies anjing piaraan adalah tujuan yang realistis bagi sebagian besar Afrika dan Asia, dan dibenarkan finansial dengan tabungan masa depan penghentian profilaksis pasca pajanan bagi orang-orang. Kasus zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke manusia, cara penanganannya dan pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada manusia, vaksin rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya.
2.    Pengobatan
Pada hewan tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian VAR dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP)
J.   PENANGGULANGAN

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga   sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:
  • Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
1.    Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70% 
2.     Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
  • Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
  • Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies
  • Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.
Peraturan perundang-undangan tentang rabies yakni tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera. Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies. 

K.  USAHA PERTOLONGAN PERTAMA RABIES
Menurut Depkes (2000), setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan. Pengobatan luka gigitan meliputi:
Pertolongan pertama:  Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine, obat merah atau lainnya). Tetapi, walaupun pencucian luka sudah dilakukan, harus dicuci kembali lukanya di puskesmas atau rumah sakit.
Pengobatan luka secara khusus (dengan pengawasan dokter)
Berdasarkan rekomendasi dari WHO pengobatan luka secara khusus sebagai berikut:
1.     Lakukan pencucian seperti di atas
2.     Semprotkan serum anti rabies ke dalam luka dan infiltrasikan serum tersebut di sekitar luka.
3.     Luka jangan segera dijahit, tapi jika perlu luka jahitan lakukanlah infiltrasi dengan serum anti rabies di sekitar luka.
4.     Berikan pencegahan terhadap tetanus bila ada indikasi dan antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder dengan kuman.
L. MASA INKUBASI     
L.    Masa inkubasi pada manusia yang khas adalah 1-2 bulan tetapi bisa 1 minggu atau selama beberapa tahun (mungkin 6 tahun atau lebih). Biasanya lebih cepat pada anak-anak dari pada dewasa. Kasus rabies manusia dengan periode inkubasi yang panjang (2 sampai 7 tahun) telah dilaporkan, tetapi jarang terjadi. Masa inkubasi tergantung pada umur pasien, latar belakang genetic, status immune, strain virus yang terlibat, dan jarak yang harus ditempuh virus dari titik pintu. Masuknya ke susunan saraf pusat. Masa inkubasi tergantung dari lamanya pergerakan virus dari lamanya pergerakan virus dari luka sampai ke otak, pada gigitan dikaki masa inkubasi kira-kira 60 hari, pada gigitan ditangan masa inkubasi 40 hari, pada gigitan di kepala masa inkubasi kira-kira 30 hari.


















\
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PENYAKIT VARICELLA


DISUSUN OLEH :
NOOR LIANY INTAN SARI
XIA



YAYASAN BORNEO LESTARI
SMK KESEHATAN BORNEO LESTARI BANJARBARU
TAHUN AJARAN 2013-2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recreat Look Electrically Elegant

Hallo semuanya kali ini aku recreat makeup look Electrically Elegant By Wardah, kali ini aku fokuskan dibagian mata yaa. Eyeshadow yang aku ...